Kisah Pemulung dengan Keterbatasan Fisik di Palu, Dorong Gerobak Keliling Kota Dapat Rp 25 Ribu

Laporan Wartawan TribunPalu, Rian Afdhal

TRIBUNPALU.COM, PALU - Banyak orang yang memiliki kekurangan dibagian tubuhnya putus asa dan tidak ingin bekerja.

Tapi tidak dengan seorang ayah bernama Hartono (59).

Kaki bagian kiri yang mengalami masalah tidak membuatnya menyerah begitu saja.

"Kaki saya kecil sebelah dek, makanya susah berjalan karena kena penyakit," ucapnya saat ditemui TribunPalu, di Jl Setia Budi, Kelurahan Besusu Timur, Kecamatan Palu Timur Jumat (3/2/2023).

Sebelum matahari terbit, Hartono sudah bangun dan mempersiapkan keperluannya untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari sebagai pemulung.

Baca juga: Pemprov Sulteng Rapat Persiapan jadi Tuan Rumah Ajang Germas BBI dan BBWI 2023

Pemulung asal Desa Guntarano, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala itu mulai berjalan sambil mendorong gerobaknya menyisir jalan menuju Kota Palu.

Meski jarak antara tempat tinggal ayah beranak satu ini dengan Kota Palu berjarak belasan kilometer, bukan penghalang baginya.

Sebuah gerobak yang menjadi penopang hidup anak dan istrinya seolah mengabaikan rasa panasnya matahari.

Kaki Hartono beberapa tahun ini memang sering mengalami masalah, perawatan medis di lakukannya terkendala dengan biaya.

Baca juga: Bawaslu Palu: Diperlukan Koordinasi yang Berkualitas dalam Penanganan Pelanggaran Pemilu

Nama istri Hartono yakni Nursia (53) dan anaknya bernama Noval (10) menduduki kelas 3 Sekolah Dasar. Kehidupan keluarga kecil Hartono bahagia meskipun hanya tinggal di sebuah gubuk yang ada di Desa Guntarano.

Pendapatan Hartono yang tidak begitu banyak, membuatnya harus bekerja keras sebagai kepala keluarga.

"Kalau biasanya dapat Rp 25 ribu, kadang kalau dikumpul banyak baru dijual sampai Rp 100 tapi tidak menentu," ujarnya. (*)