Menteri ESDM Tegaskan Penjualan LPG 3 Kg Hanya Melalui Pangkalan Resmi

Menurutnya, kebijakan yang menghentikan distribusi LPG 3 kg melalui ritel tradisional ini membutuhkan masa transisi untuk menyelaraskan sistem.

Editor: Regina Goldie
Dennis Destryawan / Tribunnews.com
ELPIJI 3 KG SULIT DIDAPAT - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, Selasa (7/1/2025). Bahlil mengatakan, Pemerintah tidak bermaksud membuat kelangkaan stok elpiji 3 kg di masyarakat. 

Pasalnya, selama ini yang terjadi harga yang sampai di masyarakat bisa mencapai lebih Rp20 ribu melalui pengecer. 

Padahal, pemerintah menetapkan harga eceran kurang lebih Rp12 ribu. Sementara besaran subsidi yang diberi pemerintah mencapai Rp36 ribu 

"Dan harga yang ke masyarakat itu paling besar sekitar Rp15 ribu, tetapi apa yang terjadi harganya, bapak ibu tahu semua ada yang sesuai ada yang harganya sampai di atas Rp20 ribu. Padahal negara mengalokasikan ini untuk masyarakat," kata Bahlil.

Saat ini, pemerintah tengah mengupayakan meningkatkan status pengecer sebagai sub pangkalan. 

Baca juga: Desakan Ekonomi dan Peran Pemodal Hambat Penertiban PETI di Sulteng

"Tujuannya apa bapak ibu semua agar elpiji  yang dijual itu harganya masih terkontrol karena itu lewat aplikasi agar  masyarakat mendapat elpiji dengan baik dan kemudian dengan harga terjangkau," ujar Bahlil.

Sebelumnya mulai 1 Februari 2025, gas elpiji 3 kg tidak lagi dijual di pengecer. Masyarakat bisa membeli elpiji 3 kg di pangkalan resmi Pertamina. Para pengecer yang ingin menjual elpiji subsidi wajib mendaftar sebagai pangkalan.

Cara membeli elpiji 3 kg di pangkalan bisa dilakukan dengan menunjukkan NIK KTP.

Larangan para pengecer menjual gas elpiji 3 Kg membuat masyarakat kesulitan mendapatkan gas tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Salah satunya dialami Narti warga di Kelurahan Ragunan, Kecamatan pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia sudah mencari ke banyak warung hingga SPBU untuk mencari gas tersebut.

"Sudah nyari keliling dari sore ampe malem, engga dapet dapet, ada kali 20 warung. Sampai SPBU juga ga ada," kata dia kepada Tribunnews, Minggu, (2/2/2025).

Hal yang sama dialami Dede, asisten rumah tangga di kawasan Ampera Raya,Jakarta Selatan. Warung atau kios yang ia datangi selalu habis. Warung yang menjadi langganannya bahkan mengatakan gas habis sejak 3 hari terakhir.

Baca juga: Musrenbang RKPD Banggai Tahap I Dimulai, 6 Kecamatan Gelar Musyawarah Perdana

"Sudah keliling, dari warung deket rumah di Ampera, sampai ke Ragunan, bilangnya kosong,"katanya.

Tidak hanya di Jakarta Selatan, warga di kawasan Rorotan, Jakarta Utara juga mengalami hal serupa. Fitri seorang pegawai swasta mengatakan sudah beberapa hari terakhir sulit mendapatkan gas Melon tersebut. Ia terpaksa menggunakan gas non subsidi, untuk kebutuhan rumah tangga.

"Iya beberapa warung deket rumah ngga dikirimin gas," katanya.

Fitri mengaku tidak tahu, mengapa gas sekarang langka. Penjual selalu mengatakan stok gas kosong, saat ia hendak membeli. Padahal kata dia gas elpiji merupakan kebutuhan vital masyarakat.

"Butuh banget gas 3 kg, karena praktis, dan bisa langsung beli ngga repot tapi malah susah sekarang," katanya. (*)

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved