OPINI

OPINI: Terapi Ikan Untuk Mengatasi Penyakit Psoriasis

Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas yang terlalu banyak adalah penyakit Psiroasis.

Editor: Regina Goldie
HANDOVER
OPINI - Dengan semakin banyaknya Radikal bebas yang berada disekitar manusia membuat banyak sekali beraneka  ragam penyakit yang ditimbulkan pada tubuh manusia. 

Salah satu terapi yang ditemukan adalah Terapi Ikan.

Penelitian terbaru dari Teri shih tahun 2020 dari University of California Los Angeles USA menemukan terapi ikan yang dinamakan dengan Iktiotherapy atau pedikur ikan.

Iktiotherapy atau pedikur ikan merupakan bentuk bioterapi unik yang menggunakan spesies Garra rufa atau ikan dokter untuk mengelupas kulit dan berpotensi membantu penyembuhan penyakit, seperti psoriasis. Praktik ini telah populer sejak asal-usulnya di Kangal Fish Spring di Turki; namun, masalah keamanan, terutama di antara pasien dengan gangguan kekebalan tubuh, masih ada.

Artikel ini mengulas manfaat dermatologis iktiotherapy yang telah dipelajari dan mekanisme kerja yang diteorikan. Termasuk kasus-kasus yang meneliti komplikasi infeksi dan noninfeksi dari prosedur ini.

Tinjauan ini menyoroti perlunya mengedukasi pasien yang rentan tentang kemungkinan efek samping dan perlunya lebih banyak penelitian untuk menilai prosedur ini.

Iktiotherapy, juga disebut sebagai "pedikur ikan" atau "spa ikan", adalah teknik bioterapi di mana tangan, kaki, dan seluruh tubuh direndam dalam air yang diisi dengan ikan Garra rufa, yang memakan kulit manusia yang telah mati.

Baca juga: KPU Sulteng Kembalikan Rp34,3 Miliar Sisa Dana Hibah Pilkada 2024

G. rufa adalah spesies ikan mas kecil yang berasal dari Asia Barat dan Anatolia. Ini juga disebut sebagai ikan dokter. 

Spesies ini bersifat omnivora dan biasanya memakan zooplankton atau fitoplankton.

Mereka juga dapat memakan kulit orang yang mati saat tidak ada makanan.

Iktiotherapy berasal dari Kangal Fish Spring di Turki, sebuah mata air yang terletak di Kangal, sebuah distrik di provinsi Sivas.

Menurut sejarah setempat, khasiat terapeutik mata air tersebut pertama kali diketahui pada awal tahun 1900-an oleh seorang penggembala yang menyembuhkan kakinya yang terluka di air mata air tersebut.

Hal ini menyebabkan pengembangan kolam renang umum dan fasilitas penginapan di dekat mata air tersebut pada tahun 1960-an.

Terapi dilakukan dengan merendam tubuh pasien ke dalam air sampai dada yang telah diberikan ikan.

Baca juga: 3 Provinsi di Indonesia Paling Terdampak Pemutusan Hubungan Kerja

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved