Parimo Hari Ini

Nabung dari Hasil Jait Baju dan Jual Kue, Nenek Djumiati Suma Asal Parimo Berangkat Haji

Sudah lebih dari satu bulan ia berhenti menerima orderan. Fokusnya kini tertuju pada ibadah dan menjaga kesehatan.

Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Fadhila Amalia
Faaiz/TribunPalu
Di sebuah rumah sederhana di Kelurahan Masigi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, hidup seorang perempuan sepuh yang teguh memeluk impiannya. Namanya Djumiati Suma, 72 tahun. Sehari-hari ia menjahit baju dan membuat kue kering untuk dijual. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz 

TRIBUNPALU.COM, PARIMO - Di sebuah rumah sederhana di Kelurahan Masigi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, hidup seorang perempuan sepuh yang teguh memeluk impiannya.

Namanya Djumiati Suma, 72 tahun. Sehari-hari ia menjahit baju dan membuat kue kering untuk dijual.

Baca juga: Kemelut di Yayasan Alkhairaat, Hajja Syarifa Sida Kantongi Akta Pernyataan Tak Pernah Beri Kuasa

Sejak muda, pekerjaan itu ia jalani tanpa mengeluh, bahkan setelah menjadi janda pada 1993.

Dari usaha kecil itu pula ia menyisihkan uang sedikit demi sedikit untuk naik haji.

Sudah lebih dari satu bulan ia berhenti menerima orderan. Fokusnya kini tertuju pada ibadah dan menjaga kesehatan.

Ia lebih banyak di rumah, memperbanyak doa dan menghafal tuntunan manasik haji.

“Kalau capek sedikit, langsung istirahat. Supaya bisa kuat di Tanah Suci,” katanya dengan suara lembut.

Impian berhaji bermula dari candaan anaknya di tahun 2016: “Mama, bagaimana kalau mulai nabung haji?” ucap sang anak kala itu sambil tersenyum.

Djumiati mengiyakan dengan tawa, tapi ternyata ia simpan ucapan itu dalam hati.

Dua tahun berselang, sang anak wafat. Ucapan itu menjelma jadi tekad dan penguat iman.

“Setiap saya jahit, saya ingat dia. Saya ingin haji ini jadi pahala juga untuk almarhumah,” ucapnya pelan.

Profesi menjahit telah digeluti Djumiati sejak ia masih sekolah.

“Dari kecil saya menjahit. Setelah suami meninggal, saya urus anak-anak sendiri,” ceritanya.

Baca juga: Polisi Tangkap Pengedar Narkoba di Palu, Sita 2,4 Kg Jenis Sabu

Selain menjahit, ia juga pernah buka warung dan jualan kue buatan sendiri.

Uang hasil kerja itu ia tabung seikhlasnya. Kadang Rp300 ribu, kadang Rp500 ribu per bulan.

“Kalau orderan banyak, bisa dua kali sebulan nabung. Tapi kadang cuma sekali,” katanya.

Kini Djumiati Suma, tinggal bersama cucunya, anak dari putri sulungnya yang telah meninggal.

Cucunya masih duduk di kelas lima SD. “Dialah teman saya sekarang. Sering bantu-bantu juga,” ujarnya.

Meski hidup sederhana, Djumiati tak pernah mengeluh. Ia yakin rejeki datang bersama niat yang baik.

“Yang penting hati kita lurus. Kalau ada niat baik, Allah pasti bukakan jalan,” tuturnya yakin.

Ketika pengumuman pelunasan haji keluar, Djumiati sempat khawatir dan bingung. Uangnya belum cukup. Tapi ia terus berdoa.

“Saya pasrah. Kalau rejeki saya, pasti datang,” katanya.

Dan benar saja, beberapa hari kemudian, ada yang datang memesan delapan baju.

Tak lama berselang, ada lagi yang datang membawa uang pelunasan.

"Ya Allah, saya sampai menangis. Tak pernah saya sangka. Ini kuasa Allah,” katanya dengan mata berkaca.

Ia berhasil melunasi biaya haji sebesar Rp10 juta dari tabungan hasil menjahit dan bantuan tak terduga.

“Saya tidak minta-minta. Tapi Allah kirim orang-orang baik. Rejeki datang dari arah yang tak disangka,” ujarnya.

Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Parigi Moutong, Subhan Lapu, mengaku terharu dengan kisah Djumiati.

Baca juga: Puluhan Petani Plasma Sawit Unjuk Rasa di Kantor Kejati dan Gubernur Sulteng

“Saya sangat tersentuh. Beliau menabung dari hasil jahit dan jual kue selama bertahun-tahun,” kata Subhan.

Menurutnya, ini adalah bentuk ketulusan niat yang tidak bisa dinilai dengan materi.

“Ini rahasia Allah. Hanya Allah yang tahu siapa yang layak jadi tamu-Nya di Tanah Suci,” ungkapnya.

Subhan berharap kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.

“Jangan pernah remehkan usaha kecil. Jika niatnya untuk Allah, maka Allah akan bantu,” katanya.

Djumiati tak membawa banyak bekal mewah ke Tanah Suci.

Baca juga: Cegah Narkoba, BNNK Donggala: Intervensi Desa Tak Bisa Hanya Dilakukan BNN

“Pakaian biasa saja. Yang penting bersih, sopan, dan niatnya lurus,” ujarnya.

Ia berharap perjalanannya menjadi ibadah yang mabrur dan membawa berkah bagi keluarganya.

“Kalau punya niat haji, mulai saja menabung. Sedikit-sedikit lama-lama cukup,” pesannya senyum.

Djumiati adalah bukti nyata bahwa impian berhaji bisa diraih oleh siapa saja.

Dengan kesabaran, ketekunan, dan doa, bahkan dari rumah penjahit kecil pun, langkah menuju Baitullah bisa dimulai.(*).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved