Parimo Hari Ini

Lumpur Nyaris Tutupi Jembatan, Warga Pertanyakan Normalisasi Sungai Kayuboko Parimo

Material itu mengendap nyaris menyentuh bagian bawah jembatan. Kondisi ini sangat membahayakan, terutama jika debit air meningkat saat hujan deras.

Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Fadhila Amalia
Doc.Diskominfo Parimo
Sungai di bawah jembatan Desa Kayuboko, Kecamatan Parigi Barat, Parimo, terlihat dipenuhi endapan pasir bercampur lumpur. Warga mempertanyakan efektivitas program normalisasi. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz

TRIBUNPALU.COM, PARIMO - Tumpukan lumpur dan pasir berwarna cokelat memadat di dasar sungai di Desa Kayuboko, Kecamatan Parigi Barat, Kabupaten Parigi Moutong.

Material itu mengendap nyaris menyentuh bagian bawah jembatan. Kondisi ini sangat membahayakan, terutama jika debit air meningkat saat hujan deras.

Baca juga: Polisi Pastikan Ada 1 Korban Selamat dalam Insiden Jatuhnya Pesawat Air India di Ahmedabad

Warga mempertanyakan klaim pemerintah Daerah Parigi Moutong, yang menyebut sungai telah dinormalisasi lewat program CSR Koperasi Sinar Mas Kayuboko.

Berdasarkan rilis yang diterima Jumat (13/6/2025), dalam kunjungan lapangan Pemprov Sulteng, didampingi Wakil Bupati Abdul Sahid, dinyatakan bahwa alat berat telah dikerahkan untuk memperbaiki aliran sungai.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Aliran air tampak lambat, keruh, dan sungai masih penuh endapan pasir.

Kondisi ini tentu masih menyulitkan para petani yang menggantungkan hidup dari sungai tersebut.

Baca juga: Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Gelar Latihan Kesiapsiagaan Kecelakaan Kapal di Teluk Palu

Beberapa waktu laku, Ketua Kelompok Tani Suka Maju, Abdilah, mengaku petani sudah lama mengeluhkan dampak aktivitas tambang terhadap saluran irigasi.

“Luas area kami 30 hektare. Yang kami minta hanya tiga hal,” ucap Abdilah saat dialog bersama Wabup Parigi Moutong, Rabu (11/6/2025).

Tuntutan utama mereka adalah menjaga agar air irigasi tetap bersih dan tidak tercemar lumpur dari limbah tambang.

Baca juga: Harga iPhone Juni 2025: Sekarang Turun Harga, Ini Harga iPhone 12 sampai iPhone 16, iPhone 16E

Menurut Abdilah, air keruh menyulitkan pengolahan sawah. Bahkan, ternak pun tak lagi bisa meminum air dari saluran irigasi.

“Kalau bisa, pembuangan limbah dilakukan malam hari. Jangan pagi atau siang karena kami kerja di sawah,” katanya.

Abdilah mengaku bingung harus mengadu ke mana, karena keruhnya air terus terjadi tanpa ada penanganan tegas.

Keluhan ini bukan yang pertama. Ketua Kelompok Tani Karya Tani Mandiri, Iwan Riha, pernah menyuarakan hal serupa pada Februari 2025.

"Air itu sumber kehidupan kami. Kalau sudah tercemar, bagaimana kami bisa bertani?” ujar Iwan yang sudah puluhan tahun mengelola lahan di Desa Kayuboko.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved