Kepala BKKBN Tenny Sariton Ungkap Prevalensi Stunting Sulawesi Tengah Masih Tinggi

“Padahal saya sangat ingin anak daerah yang lolos, karena mereka biasanya lebih bertahan. Kalau dari luar, baru satu tahun sudah minta pindah,” kata Tenny.

Ia menilai persoalan ini harus dilihat sejak hulu, dengan memperkuat ketahanan keluarga dan memastikan gizi anak terpenuhi sejak masa kehamilan.

Baca juga: Warga Palu Sambut Antusias Gerakan Pangan Murah Jelang HUT RI ke-80 di Polda Sulteng

“1000 hari pertama kehidupan adalah masa emas. Ini saatnya membentuk pondasi kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,” tegasnya.

Tenny pun mengapresiasi Parigi Moutong karena dinilai menunjukkan keseriusan dalam menurunkan angka stunting.

Dalam satu bulan terakhir, ia sudah empat kali hadir dalam kegiatan stunting di kabupaten tersebut.

“Parigi Moutong sudah mulai lebih awal dan geraknya cepat. Ini harus dipertahankan,” ujarnya.

BKKBN, lanjutnya, telah menyalurkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari Dana Alokasi Non-fisik (DANFIS), Dana DAK BOKB, hingga program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT).

Baca juga: Ketua BKKBN Sulteng Sulteng Nilai Langkah Cepat Parigi Moutong Atasi Stunting Sangat Efektif

“Kami fasilitasi pemantauan gizi keluarga, edukasi gizi, pendampingan, sampai pembiasaan konsumsi makanan lokal bergizi,” jelasnya.

Ia berharap semua pihak, termasuk pemerintah daerah, terus berkomitmen memanfaatkan anggaran yang telah disalurkan agar berdampak nyata di lapangan.

“Sayang kalau dikasih dana tapi tidak dimanfaatkan. Kami ingin ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh keluarga yang berisiko stunting,” pungkasnya.(*)