Sempat Viral, Agam Rinjani Raih Penghargaan Internasional Medali Kofi Annan

Medali Kofi Annan diberikan kepada individu atau organisasi yang menunjukkan dedikasi tinggi dalam memperjuangkan hak asasi manusia

Editor: mahyuddin
HANDOVER
AGAM RINJANI - Abdul Haris Agam yang akrab disapa Agam Rinjani baru saja meraih Medali Kofi Annan. Hal tersebut terungkap dalam postingan Silverius Onte di akun Instagram @ontesilverius. 

Agam lalu membeli kopi seharga Rp3 ribu.

"Diusir saya," kata Agam.

"Kenapa?," tanya Deddy.

"Ternyata kampus di sana gak bisa nginap," jawab Agam.

"Oh lu mau nginap?," tanya Deddy lagi.

"Iya numpang tidur," jawab Agam.

"Jadi lu tuh duit Rp10 ribu tuh tidak termasuk penginapan?," tanya Deddy lagi.

"Nda ada. Saya saja dari bandara jalan kaki," ujar Agam.

"Gila lu," timpal Deddy sambil tertawa.

Akhirnya Agam keluar dari kampus.

Agam pun menemukan penjual lalapan.

Baca juga: Atlet Catur Junior Asal Parigi Moutong Lolos 10 Besar di Ajang Kejurnas 2025

Ibu penjual lalapan mengira Agam preman.

"(Saya) bilang bu, saya orang baik bu. Ini kartu mahasiswaku. Tapi saya sudah sarjana. Ini KTP ku. Boleh numpang makan saya bu. Saya bantu cuci piring apa," kata Agam menirukan ucapannya kepada ibu penjual lalapan.

Ibu penjual lalapan lantas menatap Agam.

"Bu orang baik saya bu ini," lanjut Agam

Ibu penjual lalapan pun mengizinkan.

"Jadi rajin saya bantu. Cuci piring apalah. Ladeni tamu," kata Agam.

"Dikasih makan saya. Nda usah dibayar uang. Makan saya," lanjut Agam. 

Tak hanya makanan, Agam juga diberi rokok oleh ibu penjual lalapan.

"Ow baik dia," timpal Deddy.

"Baik. Rajin saya. Tapi ku bilang kalau di sini terus, jadi penjual lalapan saya ini," kata Agam.

Lagi-lagi Deddy dan seisi ruangan tertawa.

"Gila orang hidup ini ya," kata Deddy.

Agam pun pergi setelah dua malam kerja di warung lalapan.

Naik Gunung Agung Modal Rp50 Ribu

Agam kembali masuk ke kampus Udayana.

"Dia bilang anak-anak iya gak bisa sini tidur. Ketemu lah senior ini. Pernah dia datang ke Makassar. Saya yang temanin," kata Agam.

Sang senior memberikan tempat tinggal dan bahkan meminjamkan motor untuk berkeliling Bali. 

"Duit dari mana?," tanya Deddy.

"Dikasih uang saya (oleh senior). Aku ingat, Rp50 ribu (buat beli bensin)," jawab Agam.

Agam pun meminta tolong ke seniornya.

Ia meminjam motor untuk ke Gunung Agung.

Agam memutuskan pergi ke Gunung Agung, membawa peta kertas skala 1:50.000 yang telah ia cetak dari Makassar.

Saat mendaki, ia memposting di Facebook.

Lalu ada anak Jakarta yang melihat postingan Agam di Facebook.

Anak Jakarta itu ingin diantar ke Gunung Agung.

Agam pun dibayar Rp600.000.

Dengan uang itu, Agam traktir teman-temannya, membeli kebutuhan seperti tenda, lampu, dan bahkan bersiap pergi ke Lombok meski hanya tersisa Rp20.000.

Agam pun menumpang truk ke Lombok dan bahkan sempat membantu menyetir karena sopir truk kelelahan.

Pengalaman masa kecil di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, Makassar, membuatnya terbiasa membawa truk sejak kecil.

"Itu umur kelas 5 SD. Sudah bawa truk saya," kata Agam.

Setibanya di Lombok, ia disuguhi makan dan bahkan diberi uang tambahan oleh sopir truk.

Ia memilih melanjutkan perjalanan, berjalan kaki mencari kampus berharap bisa menginap dan numpang makan.

Akhirnya Agam numpang di IKIP Mataram.

Namun karena ada tawuran, akhirnya mereka diusir satpam.

2 Kali Evakuasi Jenazah Pendaki Asing 

Ternyata penyelamatan Agam Rinjani bukan pengalaman pertama, menangani insiden tragis di jalur ekstrem Rinjani.

Pada Mei 2025 lalu, Agam juga menjadi bagian dari tim evakuasi jenazah WNA asal Malaysia, Rennie Bin Abdul Ghani (57), yang mengalami kecelakaan di jalur pendakian Torean, Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).

Evakuasi itu dilaksanakan pada Sabtu, 4 Mei 2025, dengan teknik vertikal menggunakan tali carabiner dan tandu di medan curam, serupa dengan proses penyelamatan jenazah Juliana.

Hal ini diketahui melalui unggahan akun Instagram Agam, @agam_rinjani, serta akun resmi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, @btn_gn_rinjani.

Dalam foto-foto dokumentasi, Agam terlihat turun langsung melakukan rapeling dan menarik jenazah dari dasar jurang, dibantu anggota tim lainnya.

“Saya Hanya Bisa Bantu Seperti Ini”

Dalam momen terbaru tragedi Juliana, Agam bukan hanya sekadar petugas teknis.

Ia juga menjadi wajah kemanusiaan dari operasi penyelamatan yang mengundang perhatian internasional, khususnya dari publik Brasil.

Meski berhasil membantu evakuasi jasad Juliana pada Rabu, 25 Juni 2025, Agam Rinjani justru menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada publik Brasil, terutama kepada keluarga korban.

Dalam siaran langsung (live) TikTok miliknya yang kemudian diunggah di platform X (sebelumnya Twitter), Agam menyatakan kesedihan karena tidak dapat menyelamatkan Juliana dalam keadaan hidup.

“Saya minta maaf tidak bisa membawa pulang dengan selamat karena kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah,” ujarnya dalam siaran tersebut.

Ia juga mengakui bahwa kondisi jurang di Rinjani sangat sulit untuk selamat jika seseorang jatuh.

“Sudah banyak kasus di Rinjani, memang susah hidup ketika jatuh di lubang-lubang itu karena terlalu curam,” lanjutnya. (Tribun-Timur.com/ Sakinah Sudin/ Muh Hasim Arfah)

Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com

Sumber: Tribun Palu
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved