PDIP Balas Sindiran Nenek-nenek Ahmad Ali, Sebut Strategi Amankan dari Perkara KPK

Politisi DPP PDIP Guntur Romli menanggapi pernyataan Ketua Harian PSI Ahmad Ali.

Editor: Lisna Ali
Tribunnews.com / Reza Deni
Guntur Romli menduga, vokalitas Ahmad Ali ke Jokowi adalah bentuk mencari perlindungan. 

Di PSI, ia langsung didudukkan sebagai Ketua Harian, mendapatkan panggung baru.

Panggung baru ini digunakan untuk memoles diri sekaligus menyerang kritikus Jokowi.

Baca juga: Disperindag Kota Palu Hadirkan Gadenolumako di Kawatuna, Warga Serbu Sembako Murah

"Di PSI ia langsung didudukkan sebagai Ketua Harian, sebuah panggung baru untuk memoles diri sekaligus menyerang siapa pun yang mengkritik Jokowi demi menunjukkan kesetiaannya. Publik pun tertawa kecil, karena ini bukan lompatan ideologis. Ini lompatan oportunis," tandas Romli.

Tujuannya adalah untuk menunjukkan kesetiaannya kepada Presiden Jokowi.

Guntur Romli menyebut perpindahan Ahmad Ali ke PSI sebagai lompatan oportunis.

Ahmad Ali sendiri sempat menyinggung adanya nenek-nenek yang sudah puluhan tahun jadi Ketua Partai.

"Terus ketika dia, bicara politik, 'ya sudah waktunya beristirahat', Oh, ada nenek-nenek yang sudah puluhan tahun jadi Ketua Partai, sudah disuruh berhenti," ucap Ahmad Ali saat ditemui usai memberikan arahan dalam Rakorwil PSI Kepulauan Riau di Kota Batam, Minggu (23/11/2025).

Ia juga menyayangkan sikap Jokowi yang cenderung pendiam menyikapi tudingan-tudingan tersebut.

"Ada Bapak Presiden yang sekarang sudah 20 tahun juga tidak sudah disuruh berhenti. Apa sih takutnya Pak Jokowi ini? Bagi kami melihat Pak Jokowi, melihatnya itu hanya senyum-senyum saja," ucap dia.

Padahal kata Ahmad Ali, Jokowi bukanlah sosok yang lahir dari keluarga ningrat yang memiliki kekuatan atau privilege.

Oleh karenanya, PSI kata dia, menjadikan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai patron atau suri tauladan yang harus dicontoh.

"Pak Jokowi itu orang deso. Bukan keturunan. Bukan keturunan siapa-siapa. Nah itu lah kemudian diingatkan. Karena PSI itu menjadikan dia sebagai patron, kami ingin anak-anak Indonesia itu menjadikan dia, tidak perlu jadi anak ningrat kok. Tidak perlu lahir di piring emas. Anak-anak desa juga punya kesempatan, contohnya Jokowi," kata dia.

"Tapi Pak Jokowi kan gini, dia dihina, dimaki-maki, tapi ketika dia melawan, dia disuruh, ya sudah Pak Jokowi harus jadi negarawan, ya kan?" tambah Ahmad Ali.(*)

Artikel telah tayang di Tribunnews

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved