Palu Hari Ini

Raih Hibah Rp2 Miliar, PAIR Sulawesi Lakukan Riset Kesehatan di Kota Palu dan Buton Tengah

Penelitian ini didukung dana hibah sebesar Rp2 miliar dan akan berlangsung selama dua tahun ke depan.

|
Editor: Fadhila Amalia
Handover
PENELITIAN - Tim peneliti Partnership for Australia Indonesia Research (PAIR) Sulawesi resmi memulai kegiatan penelitian bertema kesehatan dan perubahan iklim di dua wilayah, yakni Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. 

TRIBUNPALU.COM - Tim peneliti Partnership for Australia Indonesia Research (PAIR) Sulawesi resmi memulai kegiatan penelitian bertema kesehatan dan perubahan iklim di dua wilayah, yakni Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini didukung dana hibah sebesar Rp2 miliar dan akan berlangsung selama dua tahun ke depan.

Kegiatan ini ditandai dengan kunjungan audiensi tim PAIR Sulawesi ke Wakil Wali Kota Palu, Imelda Liliana Muhidin, Selasa (30/09/2025), bertempat di ruang kerja Wakil Wali Kota, Jl Balai Kota, Kelurahan Tanamodindi, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.

Baca juga: Jauh dari Banggai, Penyelesaian Konflik ke PHI Rugikan Pekerja

Ketua tim peneliti, Prof Rini Rachmawaty menyampaikan bahwa penelitian yang mereka lakukan mengusung tema “Dampak Kesehatan Terkait Iklim dan Akses Layanan Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah: Mendukung Kebijakan dan Tata Kelola yang Tangguh terhadap Iklim.”

“Tujuan kami datang menemui Ibu Wakil Wali Kota adalah untuk menjalin silaturahmi sekaligus meminta dukungan dari pemerintah Kota Palu. Penelitian ini akan melibatkan banyak pemangku kepentingan daerah dan membutuhkan kolaborasi lintas sektor,” ujar Prof Rini.

Program PAIR Sulawesi melibatkan total 19 perguruan tinggi dari Indonesia dan Australia, terbagi antara sepuluh perguruan tinggi mitra anggota konsorsium (principal partners) AIC dan sembilan perguruan tinggi regional (regional partners) di pulau Sulawesi.

Program PAIR dipimpin oleh Australia-Indonesia Centre, didanai oleh pemerintah Indonesia dan Australia, serta didukung oleh sepuluh mitra universitas pendiri AIC.

Baca juga: Dapat Tambahan Divestasi 12 Persen Gratis, Indonesia Kini Miliki 63 Persen Saham Freeport

Prof Rini juga menambahkan, salah satu alasan Kota Palu dipilih sebagai lokasi penelitian karena dirinya merupakan putri daerah yang lahir dan besar di kota ini, serta karena Palu memiliki data yang representatif terkait dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat.

“Penelitian ini saat ini berada pada tahap awal, yaitu penyusunan instrumen, dan akan berlanjut pada pelaksanaan lapangan mulai Oktober, sebagian melalui sistem daring,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Wali Kota Palu menyambut baik dan memberikan apresiasi atas pelaksanaan riset ini.

“Alhamdulillah, kami sangat mendukung kegiatan ini, karena penelitian ini akan memberi manfaat besar, khususnya dalam upaya pengendalian penyakit yang berkaitan dengan perubahan iklim seperti demam berdarah (DBD) dan diare,” ungkap Imelda Liliana Muhidin.

Baca juga: Program Berani Sejahtera, Gubernur Anwar Hafid Tegaskan Komitmen Bangun Sulteng Inklusif

Ia juga berharap agar riset kolaboratif ini dapat memberikan masukan berbasis data bagi pengambilan kebijakan kesehatan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim di Kota Palu.

Dengan dukungan dana yang signifikan dan keterlibatan lintas perguruan tinggi dalam dan luar negeri, penelitian ini diharapkan menjadi model studi kebijakan kesehatan yang adaptif dan responsif terhadap tantangan perubahan iklim di Indonesia timur.

Pertemuan menekankan konsolidasi strategis untuk mengembangkan sistem kesehatan yang tahan terhadap perubahan iklim di wilayah tersebut melalui implementasi kebijakan.

Delegasi juga mengunjungi Kecamatan Watusampu, salah satu wilayah yang parah terdampak gempa bumi dan tsunami tahun 2018.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved