Palu Hari Ini

Tim Ekspedisi Patriot Undip Paparkan Riset Anak Transmigrasi di Konferensi Internasional

Forum akademik bertaraf internasional ini mempertemukan para peneliti, akademisi, dan praktisi pendidikan dari berbagai negara.

|
Handover
Tim Ekspedisi Patriot Undip Kawasan Transmigrasi (KT) Palolo resmi tampil sebagai salah satu presenter paper dalam The 3rd International Conference on Education (ICE) 2025 digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako (Untad) di Swiss-Belhotel Silae Palu, Jl Malonda, Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sabtu (15/11/2025).  

Laporan Wartawan Tribunpalu.com, Andika Satria Bharata 

TRIBUNPALU.COM, PALU - Tim Ekspedisi Patriot Undip Kawasan Transmigrasi (KT) Palolo resmi tampil sebagai salah satu presenter paper dalam The 3rd International Conference on Education (ICE) 2025 digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako (Untad) di Swiss-Belhotel Silae Palu, Jl Malonda, Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sabtu (15/11/2025). 

Forum akademik bertaraf internasional ini mempertemukan para peneliti, akademisi, dan praktisi pendidikan dari berbagai negara untuk membahas inovasi dan pengembangan ilmu pendidikan.

Baca juga: Curhat Helwa Bachmid Setahun Dinikahi Siri Habib Bahar, Ngaku Menderita dan Ditelantarkan

Dalam kesempatan tersebut, Tim Ekspedisi Patriot Undip mempresentasikan riset berjudul “Learning Spatial Thinking: Children’s Participatory Mapping in a Transmigration Village of Sigi.”

Penelitian ini merupakan bagian dari program utama tim selama bertugas di kawasan transmigrasi Kabupaten Sigi pada tahun 2025.

Kehadiran tim Undip memberi warna tersendiri di forum internasional karena riset yang mereka bawa berasal dari konteks lapangan di wilayah transmigrasi—isu yang jarang diangkat dalam diskusi akademik global.

Riset yang disampaikan oleh Irshandi Amra, Meyla K. Yanida, Rahma Maulida, Rifat Farhan, dan S. Sariffuddin itu menekankan bagaimana metode pemetaan partisipatif dapat menjadi sarana pembelajaran yang efektif bagi anak-anak, khususnya dalam mengembangkan kemampuan spatial thinking atau cara berpikir spasial.

Metode ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang aplikatif, tetapi juga membantu anak memahami lingkungannya, mengenali potensi desa, serta menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap wilayah tempat tinggal mereka.

Baca juga: Jurnalis Palu Gelar Aksi Mimbar Bebas Dukung Tempo, Tolak Gugatan Menteri Pertanian Amran Sulaiman

“Melalui pemetaan partisipatif, eksplorasi anak menjadi lebih terarah dan hasilnya terekam secara detail dalam bentuk peta. Harapannya, semakin banyak kegiatan pembelajaran aktif serupa diterapkan di sekolah dasar,” ujar Rahma Maulida, anggota Tim Patriot Undip.

Dalam proses pemetaan, anak-anak di kawasan transmigrasi Sigi dilibatkan untuk mengidentifikasi berbagai elemen ruang, mulai dari fasilitas umum, titik potensi risiko, kawasan pemukiman, hingga sumber daya alam.

Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian observasi lapangan bersama masyarakat, khususnya kelompok anak dan remaja.

Tim menilai pendekatan ini inklusif, mudah diterapkan di daerah pedesaan, dan efektif dalam menghubungkan pembelajaran dengan konteks kehidupan lokal. 


Hasilnya, anak-anak menunjukkan kemampuan observasi yang kuat, serta mampu menilai kualitas dan potensi perbaikan lingkungan sekitar mereka.

Penelitian ini juga menemukan perbedaan pendekatan yang menarik antara pemetaan yang dilakukan orang dewasa dan anak-anak di dua desa transmigrasi berbeda.

• Orang dewasa di Desa Oloboju cenderung melihat wilayah secara makro, menyoroti batas area, lokasi kebun usaha, status warga transmigrasi, konflik lahan, hingga sejarah kawasan.

Baca juga: BREAKINGNEWS: Sejarah Terukir, Vihara Karuna Dipa Resmi Dibuka Setelah 30 Tahun Penantian

• Anak-anak di Lembantongoa memetakan lingkungan dalam skala mikro, menekankan objek yang mereka temui sehari-hari seperti jenis tanaman, kondisi fasilitas umum, tempat bermain, rumah kosong, jalan bebatuan, jembatan rusak, hingga titik genangan.

Temuan ini menunjukkan bahwa sudut pandang anak menawarkan detail keseharian yang tidak selalu terlihat oleh orang dewasa, sekaligus memberi masukan konkret mengenai kualitas ruang yang mereka gunakan.

Para peserta konferensi memberikan apresiasi terhadap riset ini karena mengangkat dinamika pendidikan di kawasan transmigrasi topik yang jarang dieksplorasi dalam forum akademik internasional.

Penelitian ini juga dianggap sebagai langkah strategis dalam menumbuhkan kreativitas, rasa kepemilikan, dan kesadaran ruang pada anak sejak dini.

Partisipasi Tim Ekspedisi Patriot Undip KT Palolo di ICE 2025 menjadi bukti komitmen mereka dalam mengembangkan riset berbasis pemberdayaan masyarakat. 

Baca juga: Belum Ketok Palu, Pose Raisa Bersandar di Bahu Nicholas Saputra Bikin Heboh

Kehadiran mereka turut memperkuat kerja sama akademik antara Universitas Diponegoro dan Universitas Tadulako, khususnya di bidang pendidikan, pembangunan desa, dan kajian transmigrasi.

Tim berharap hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk pengembangan metode pembelajaran kontekstual di kawasan transmigrasi, sekaligus membuka peluang penelitian lanjutan di tingkat nasional maupun internasional.

Dengan berakhirnya agenda konferensi, Tim Ekspedisi Patriot Undip KT Palolo menegaskan bahwa riset berbasis komunitas memiliki potensi besar untuk bersaing dan mendapatkan apresiasi di panggung akademik dunia.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved