OPINI
Tende Bukan Ajaran Islam dan Tradisi Masyarakat Kaili
Masyarakat Kaili dikenal dengan budaya keterbukaan, cara berkomunikasi yang singkat, jelas, langsung, dan apa adanya.
Athif Muhyiddin Hishad
Ketua HMJ FDKI UIN Datokarama Palu
TRIBUNPALU.COM - Kata Tende tentu tidak asing di telinga masyarakat Kaili.
Tende merujuk pada ucapan pujian yang berlebihan kepada seseorang.
Praktik itu telah mengakar dalam keseharian masyarakat Kaili yang yang mendiami sebagian besar Provinsi Sulawesi Tengah.
Namun hari ini banyak yang menganggap Tende sebagai bagian dari budaya Kaili itu sendiri.
Pertanyaannya, benarkah Tende merupakan bagian asli dari budaya masyarakat Kaili?
Masyarakat Kaili dikenal dengan budaya keterbukaan, cara berkomunikasi yang singkat, jelas, langsung, dan apa adanya.
Baca juga: Turnamen Pushbike untuk Anak Meriahkan Festival Tende 2025 di Kota Palu
Orang Kaili cenderung tidak menggunakan ungkapan yang berputar-putar atau berlebihan.
Dengan demikian, karakter Tende yang penuh pujian amat bertolak belakang dengan prinsip komunikasi masyarakat Kaili yang “apa adanya, bukan ada apanya”.
Fenomena munculnya kegiatan yang dibalut dengan label budaya Kaili, yaitu “Festival Tende” dengan tagline Patende Akbar, bahkan melibatkan pejabat penting negara tentu menimbulkan berbagai pertanyaan di tengah masyarakat, terutama jika dicermati secara lebih mendalam.
Dari sudut pandang politik, acara semacam ini dapat dilihat sebagai strategi membangun citra dan komunikasi simbolik kepada masyarakat.
Ada sinyal bahwa setelah masa amanah periode ini selesai, terdapat keinginan untuk melanjutkan ke periode berikutnya.
Para politisi tentu memiliki cara, ramuan, dan rancangan tersendiri untuk memperkuat branding serta melanggengkan kekuasaan.
Membungkus kepentingan tersebut dengan narasi budaya bukanlah hal baru dalam dunia politik.
| Putusan MK dan Dilema Jabatan Rangkap Polisi Aktif |
|
|---|
| Kecamatan Nuhon Tidak Layak Menjadi Ruang Investasi Nikel |
|
|---|
| OPINI: Praperadilan Tegar Kalesaran Digugurkan, Putusan Menyimpang dari Yurisprudensi dan Putusan MK |
|
|---|
| Mempertimbangkan Penerapan Reverse Mechanism Selection dalam Rekrutmen Penyelenggara Pemilu |
|
|---|
| Mengapa Generasi Kini Mudah Patah? |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palu/foto/bank/originals/Athif-Muhyiddin-Hishad.jpg)