OPINI

Darurat KDRT dan Kekerasan Remaja, Cermin Retaknya Sistem Kehidupan Sekular

Dalam sistem ini, agama dibiarkan terbatas pada urusan ritual, sementara urusan sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik dikendalikan logika duniawi.

Editor: Fadhila Amalia
Handover
OPINI - Di tengah hiruk pikuk modernitas dan gemerlap kemajuan teknologi, bangsa ini justru dihadapkan pada kenyataan yang getir, yakni meningkatnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan meledaknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja. 

Ia hanya memadamkan api tanpa memutus sumber bahan bakarnya.

Selama keluarga masih hidup dalam tekanan ekonomi, selama pendidikan masih menanamkan kebebasan tanpa arah, dan selama negara masih meminggirkan agama dari kebijakan publik, maka kekerasan akan terus berulang.

Kita menyaksikan bagaimana sistem ini hanya mampu menindak pelaku setelah kejadian, tetapi tidak mencegah terjadinya kekerasan sejak awal.

Padahal, dalam Islam mabda, negara bukan sekadar pengatur administratif, melainkan raa’in, pelindung dan pengurus rakyat.

Tugasnya bukan hanya menghukum, tetapi memastikan kesejahteraan, keadilan, dan pembinaan moral berjalan harmonis di bawah tuntunan syariah.

Solusi Islam 

Islam tidak memandang keluarga sekadar hubungan biologis, melainkan institusi spiritual dan sosial yang dibangun di atas ketakwaan.

Dalam Islam, suami diposisikan sebagai qawwam, pemimpin yang melindungi, bukan menindas.

Istri dihormati sebagai mitra dalam ketaatan, bukan bawahan yang harus tunduk tanpa hak. 

Anak-anak dididik bukan hanya agar pandai secara intelektual, tetapi juga berakhlak dan bertanggung jawab di hadapan Allah.

Pendidikan dalam pandangan Islam bukan sekadar transfer ilmu, tetapi pembentukan kepribadian bertakwa. Inilah yang membedakan antara sistem pendidikan Islam dengan pendidikan sekuler-liberal.

Pendidikan Islam menumbuhkan rasa malu, empati, dan tanggung jawab sosial, tiga hal yang kini semakin langka di tengah arus kebebasan.

Selain itu, sistem ekonomi Islam menutup celah yang menjadi penyebab kekerasan rumah tangga.

Dalam sistem ini, hukkam berkewajiban memastikan setiap keluarga memiliki akses terhadap kebutuhan dasar pangan, sandang, papan, dan pekerjaan yang layak.

Tidak ada ruang bagi ketimpangan ekstrem yang membuat satu pihak tertekan sementara pihak lain
hidup berlebihan.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved