Sigi Hari Ini

Pemuda Pesaku dan Rarampadende Dipertemukan dalam Camping Ground Perdamaian Karsa Institute

Kegiatan ini menjadi forum pertama yang secara resmi mempertemukan kedua kelompok pemuda, setelah bertahun-tahun relasi sosial.

Penulis: Supriyanto | Editor: Fadhila Amalia
Handover
PERTEMUAN PEMUDA - Karsa Institute memfasilitasi pertemuan pemuda dari Desa Pesaku dan Rarampadende melalui kegiatan Camping Ground Anak Muda untuk penguatan toleransi dan konflik sosial antar Desa di kawasan wisata alam Reinhard Olavatu, Desa Oloboju, 14 hingga 16 November 2025. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Supriyanto Ucok

TRIBUNPALU.COM, PALU - KARSA Institute memfasilitasi pertemuan pemuda dari Desa Pesaku dan Rarampadende melalui kegiatan Camping Ground Anak Muda untuk penguatan toleransi dan konflik sosial antar Desa di kawasan wisata alam Reinhard Olavatu, Desa Oloboju, 14 hingga 16 November 2025.

Kegiatan ini menjadi forum pertama yang secara resmi mempertemukan kedua kelompok pemuda, setelah bertahun-tahun relasi sosial di antara mereka terganggu akibat rangkaian konflik antar desa.

Baca juga: Parigi Selatan Jadi Lokasi Terakhir Penyaluran Bantuan Atensi Kemensos di Parigi Moutong

Direktur KARSA Institute, Syaiful Taslim menjelaskan, kegiatan ini dirancang bukan sebagai intervensi sesaat, melainkan bagian dari upaya membangun model perdamaian berkelanjutan berbasis komunitas muda.

"Selama ini penyelesaian konflik terlalu banyak mengandalkan tokoh adat dan pemerintah desa. Padahal di lapangan, dinamika sosial dan gesekan justru banyak terjadi di tingkat pemuda. Karena itu, inisiatif perdamaian harus dimulai dari mereka," ujar Syaiful Taslim, Selasa (18/11/2025).

Kegiatan tersebut menjadi ruang aman bagi para pemuda untuk berbicara jujur tentang pengalaman ketakutan, stigma, hingga mimpi mereka tentang perdamaian.

Baca juga: Wakil Bupati Buol Soroti Potensi IKM dan Pengolahan Bahan Baku Lokal

"Kami banyak kegiatan ke sana. Tapi ketika konflik terjadi, rasa aman itu hilang. Mau lewat saja waswas. Karena itu, ketika Karsa menyatukan kami di sini, kami semangat sekali. Ini pertama kalinya Pesaku dan Rarampadende dipertemukan dalam satu kegiatan," kata Sandi.

Cerita serupa datang dari pemuda Pesaku, Andre Setiawan yang setiap hari menempuh perjalanan kuliah ke Palu. 

"Kalau ada konflik, perjalanan bisa setengah mati. Kami berharap kegiatan ini bisa bangun ulang tali silaturahmi. Yang penting, jangan mudah terprovokasi. Di dua kampung ini, gesekan kecil saja bisa memicu keributan," katanya.

Baca juga: Kanwil Kemenkum Sulteng Perkuat Harmonisasi Regulasi Keuangan Daerah Poso

Para pemudi pun merasakan hal yang sama seperti yang dikatakan Firda (26) tahun dari Pesaku, mengaku ketakutan yang ia rasakan tidak selalu berbentuk ancaman langsung, tetapi terasa dalam keseharian.

"Lewat Rarampadende itu pasti rasa waswasnya ada.  Warga banyak yang bahkan tidak tahu kami ikut kegiatan damai seperti ini," kata Firda.

Mega (25) tahun dari Rarampadende, mengungkap sisi paling menyakitkan dari konflik tersebut, yakni perubahan relasi antar keluarga lintas desa. 

"Kadang ketemu orang Pesaku di jalan saja canggung, padahal keluarga. Konflik bikin kita seperti orang asing. Saya harap melalui kegiatan ini, pemuda bisa membawa energi positif ke masyarakat," kata Mega.

Selama ini, konflik antar Desa Pesaku dan Rarampadende bukan hanya soal benturan fisik, tetapi juga soal stigma.

Para peserta sepakat, literasi digital harus menjadi bagian dari pencegahan konflik. 
“Sudah pernah disampaikan di pelatihan desa, bahwa salah satu pemicu konflik adalah misinformasi,” ujar mereka. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved