Morowali Utara Hari Ini

Bupati Morowali Utara Jelaskan Faktor Penyebab Kemiskinan Meski Ekonomi Tumbuh

Karena tidak mendapatkan pekerjaan lalu kembali ke daerahnya tapi tetap ber-KTP Morut.

Editor: Regina Goldie
HANDOVER
Angka kemiskinan di Kabupaten Morowali Utara tidak menurun secara signifikan, padahal sebagian besar warga yang berusia produktif sudah bekerja dan pertumbuhan ekonomi juga cukup tinggi. 

TRIBUNPALU.COM - Angka kemiskinan di Kabupaten Morowali Utara tidak menurun secara signifikan, padahal sebagian besar warga yang berusia produktif sudah bekerja dan pertumbuhan ekonomi juga cukup tinggi.

Setelah ditelusuri ternyata keanehan data itu akibat banyaknya orang dari luar Morut yang berganti KTP untuk mencari pekerjaan.

Karena tidak mendapatkan pekerjaan lalu kembali ke daerahnya tapi tetap ber-KTP Morut.

Baca juga: Operasi Zebra Tinombala 2025, Polres Donggala Tegakkan Hukum dengan Edukasi dan Humanis

"Di data BPS, mereka itu tetap tercatat sebagai warga Morut. Jadi kita mendapatkan kemiskinan dan pengangguran transfer dari daerah lain," jelas Bupati Morowali Utara, Delis Julkarson Hehi.

Penjelasan itu disampaikan Bupati Morut ketika menjadi salah satu pembicara dalam sesi diskusi pada Rapat Koordinasi Evaluasi Pelaksanaan Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden RI di Provinsi Sulteng.

Rapat koordinasi yang dibuka langsung Gubernur Sulteng H. Anwar Hafid dilaksanakan di Maleo Conference Center Hotel Astrella Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Baca juga: PSI Sulteng Targetkan DPRt di 2.017 Desa Jelang Verifikasi 2026

Dalam sesi diskusi itu tampil memaparkan pelaksanaan Asta Cita di daerahnya masing-masing semua bupati/walikota se Sulteng termasuk tuan rumah Bupati Banggai Amirudin Tamoreka.

Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), pada tahun 2024 angka kemiskinan di Morut adalah 11,95 persen. Kemudian tahun 2025 turun menjadi 10,38 persen.

Bupati Delis menjelaskan, penurunan angka kemiskinan ini sangat tipis dan tidak berbanding lurus dengan kenyataan di lapangan.

Dengan berkembangnya industri pertambangan di Morut saat ini lapangan kerja terbuka lebar.

UMKM tumbuh dan berkembang.

Pertumbuhan ekonomi juga cukup tinggi.

Baca juga: Kajati Sulteng Hadiri Rakor Evaluasi Program Prioritas Nasional di Luwuk

Ternyata setelah ditelusuri, angka kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi tersebut juga dipengaruhi oleh pencari kerja dari luar yang mengganti KTPnya di Morut.

"Para pendatang dari luar daerah yang telanjur mengganti KTPnya dan telah kembali ke daerahnya karena tidak mendapatkan pekerjaan, menjadi salah satu faktor sehingga penurunan angka kemiskinan tidak signifikan," jelas bupati.

Kondisi seperti ini juga dialami Kabupaten Morowali.

Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan di Morowali mencapai sekitar 11.000 orang.

Bupati Morowali Iksan Baharudin Abdul Rauf kurang yakin dengan angka ini. Ia lalu mengambil inisiatif untuk melakukan survei.

Baca juga: PLN UP3 Palu Umumkan Pemadaman Listrik, Rabu, 19 November 2025, Cek Lokasinya

Hasilnya, angka kemiskinan di Morowali berada di angka sekitar 6.000 orang.

Gubernur Sulteng memuji langkah yang dilakukan Bupati Morowali tersebut.

Daerah lain juga bisa melakukan langkah seperti ini.

"Biarlah BPS bilang begini angkanya, kita juga harus punya data riil. Itu bagus supaya ada data pembanding," jelas gubernur dalam sambutannya saat membuka rakor itu.

Dalam pemaparannya, Bupati Morut juga menjelaskan pada kuartal ke-2 tahun 2025 pertumbuhan ekonominya di Morut menempati peringkat tertinggi di Sulawesi dan nomor dua se Indonesia. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved