Saran Kompolnas Terkait Unggahan Guyonan Gus Dur: Polisi Harus Dibimbing agar Bisa Terima Kritik

"Yang diperlukan adalah bimbingan dan arahan terus-menerus dari pimpinan agar pemahaman seluruh anggota lebih terbuka," kata Poengky Indarti.

Kompas.com/Fitri
Komisioner Komisi Pengawas Kepolisian (Kompolnas) Poengky Indarti. 

TRIBUNPALU.COM - Komisioner Komisi Pengawas Kepolisian (Kompolnas) Poengky Indarti menanggapi soal unggahan guyonan Gus Dur yang berujung pemeriksaan polisi.

Menurut Poengky, anggota Polres Kepulauan Sula, Maluku Utara, yang membawa pengunggah guyonan Gus Dur soal "polisi jujur" untuk dimintai klarifikasi itu perlu diberi bimbingan.

Hal itu disampaikan Poengky ketika ditanya apakah anggota tersebut perlu diberi sanksi atau tidak.

Diketahui, seorang warga setempat dimintai klarifikasi oleh polisi setelah mengunggah guyonan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang berbunyi: "Ada tiga polisi jujur di Indonesia, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng”.

"Yang diperlukan adalah bimbingan dan arahan terus-menerus dari pimpinan agar pemahaman seluruh anggota lebih terbuka, agar tidak melihat dari kacamata sempit, seperti melihat guyonan Gus Dur di masa Orba yang dikutip netizen," kata Poengky ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

Menurutnya, kasus tersebut diduga terjadi karena polisi yang mungkin lupa atau kurang memahami guyonan Gus Dur pada awal reformasi tersebut.

Apalagi, lokasi kejadian yang berada di lokasi terpencil.

Poengky mengatakan hal itu turut memengaruhi pemahaman anggota kepolisian.

"Jadi tidak bisa diharapkan pemahamannya seperti anggota di Jawa, misalnya," ujar dia.

Selain itu, ia juga menduga kasus dapat terjadi akibat salah pengertian karena pengunggah tidak menyertakan konteks guyonan tersebut.

Poengky menuturkan, konteks dari guyonan Gus Dur terkait dengan reformasi Polri.

Diketahui, pada masa kepemimpinannya, Gus Dur memisahkan Polri dan TNI, yang tadinya masuk dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Di saat ini, katanya, penting bagi anggota untuk melaksanakan reformasi Polri tersebut.

"Sebagai anggota Polri di mana pun bertugas harus paham bahwa masyarakat mengharapkan reformasi Polri berjalan dengan baik, sehingga jika ada kritik membangun, seharusnya ditanggapi dengan baik," ujar dia.

Tri Rismaharini Marahi Pengedar Narkoba: Bisa Bayangin yang Kena Adikmu, Kakakmu, Ayahmu, Ibumu?

Tanggapi Kebijakan Nadiem Makarim, Pengamat: Ada Sejumlah Catatan Terkait Pembelajaran Daring

Unggahan Guyonan Gus Dur Berbuntut Pemeriksaan Polisi, Ini Tanggapan Pihak Istana hingga Yenny Wahid

Kemendikbud Bantah Kabar Mata Pelajaran PPKn Bakal Dileburkan dengan Pendidikan Agama

Sebelumnya diberitakan, seorang warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, Ismail Ahmad, mengunggah guyonan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur soal polisi jujur ke akun Facebook miliknya, Jumat (12/6/2020).

Guyonan itu ia temukan saat membaca artikel mengenai Gus Dur dari mesin pencari Google.

Tak memiliki maksud apa-apa, Ismail mengunggah guyonan yang berbunyi: "Ada tiga polisi jujur di Indonesia, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng”.

Ia pun tak menyangka unggahan tersebut akan membuatnya terseret ke kantor polisi.

Polri pun telah mengklaim Ismail tidak diproses hukum.

Menurut Polri, anggota Polres Kepulauan Sula juga sudah ditegur akibat kasus ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Persoalan Guyonan Gus Dur, Kompolnas Sarankan Polisi Dibimbing Menerima Kritik dengan Baik"
Penulis : Devina Halim

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved