Sulteng Hari Ini

Matindas J Rumambi Imbau Pemerintah Sulteng dan Sekitarnya Antisipasi Dampak Erupsi Gunung Ruang

Diketahui, kegempaan vulkanik Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara fluktuatif dan cenderung menurun.

|
Editor: mahyuddin
Handover
Anggota DPR RI Komisi VIII Dapil Sulawesi Tengah Matindas J Rumambi 

TRIBUNPALU.COM, PALU - Legislator PDIP DPR RI Matindas J Rumambi mengimbau provinsi Sulawesi Tengah dan sekitarnya harus mengantisipasi dampak Erupsi Gunung Ruang.

"Pemerintah Sulawesi Tengah dan sekitarnya harus mengantisipasi hal itu," kata pria yang berulang tahun 30 April itu dikutip dari TribunManado.co.id, Senin (29/4/2024).

Diketahui, kegempaan vulkanik Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, fluktuatif dan cenderung menurun.

Kendati demikian, karakteristik Gunung Ruang unik dan tidak dapat diprediksi karena kenaikan aktivitas cukup cepat.

Terekam sebanyak satu kali gempa guguran dengan amplitudo sembilan milimeter selama 37 detik, gempa vulkanik dangkal sebanyak sembilan kali dengan amplitudo 3-7 milimeter dengan durasi 8-15 detik.

Baca juga: Dampak Erupsi Gunung Ruang, BMKG Sebut Udara Kota Palu dan Donggala Tercemar SO2

Terekam juga sebanyak 61 kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo antara 5-55 milimeter, S-P : 1,3-1,5 detik dengan durasi 16-24 detik.

Sebanyak enam kali gempa tektonik lokal amplitudo 5-15 milimeter, S-P: 4,9-6 detik selama 27-29 detik, serta gempa tektonik jauh sebanyak satu kali dengan amplitudo 3 milimeter, S-P: tidak terbaca selama 31 detik.

Sebelumnya, Stasiun BMKG Pemantau Bariri Global Lore Lindu menyatakan kualitas udara di Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu berbahaya.

Kualitas udara Kota Palu dan sekitarnya terdampak Erupsi Gunung Ruang.

Udara di Kota Palu tercemar Gas SO2 atau sulfur dioksida.

Koordinator Data dan Informasi Stasiun Pemantauan Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Solih Alfiandy menyampaikan, wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo, masuk kategori sangat berbahaya.

Selain itu, di Kota Palu dan sekitarnya lebih dari 400 mikrogram per meter kubik.

“Untuk wilayah Palu masih masuk kategori sedang. Kemudian tanggal 21 di Sulut sudah mulai turun dan berpindah ke wilayah Sulawesi Tengah. Yang tadinya berwarna biru atau tidak sehat, menjadi sangat tidak sehat dan berbahaya,” ujarnya kepada TribunPalu.com,

“Yang sangat berbahaya itu ada di Teluk Palu di bagian sebelah barat,” tuturnya menambahkan.

Baca juga: Sekretaris DLH Sebut Kualitas Udara Kota Palu Masuk Kategori Baik

Menurut Solih, hampir seluruh wilayah di Sulteng statusnya di kategori sedang hingga sangat berbahaya. 

Solih mengungkapkan titik yang paling nampak di tanggal 22 April meliputi Parigi Moutong, Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Sigi, Poso, Tojo Una-Una Morowali, dan Morowali Utara.

Ia mengatakan, SO2 adalah gas beracun, senyawa kimia terdiri dari satu atom sulfur dan 2 atom oksigen dihasilkan berbagai aktivitas manusia dan alam.

“Contohnya di Palu, sebelum ini tanggal 20 April di bagian teluk kan ada aktivitas manusia berupa galian C. Kemudian ditambah lagi letusan gunung berapi di Sulut, jadi semakin parah lagi di tanggal 22 April,” kata Solih.

Dia menambahkan, tidak menutup kemungkinan gas beracun akan segera berlalu dari wilayah Sulawesi Tengah, khususnya di Kota Palu.

“Ini masih akan bergeser mengikuti arah angin karena adanya hujan," jelas Solih.

Diketahui, Gas SO2 sangat buruk bagi kesehatan tubuh dan dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan, seperti pada saluran hidung, tenggorokan, dan paru-paru.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved