Simak Khutbah Edisi Jumat, 18 Juli 2025, Kembangkan Dakwah Mencerahkan
Dakwah merupakan inti dari keberadaan umat muslim. Melalui dakwah, nilai-nilai luhur Islam disampaikan kepada masyarakat.
TRIBUNPALU.COM - Khutbah Jumat kali ini membahas tentang "Mengembangkan Dakwah yang Mencerahkan".
Khutbah Jumat ini bisa dibacakan saat shalat Jumat pada hari ini, 18 Juli 2025.
Khutbah ini membahas soal kegiatan dakwah dalam agama Islam.
Melalui dakwah, nilai-nilai luhur Islam dapat disampaikan kepada masyarakat.
Baca juga: Demo Mahasiswa Unisa Palu Soal Dugaan Pelecehan Ternyata Laporan Palsu, Ini Penjelasan LMND
Mengembangkan Dakwah yang Mencerahkan
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَعَزَّنَا بِالْإِيمَانِ بِهِ، وَهَدَانَا إِلَى عَظِيمٍ شَرِيعَتِهِ، وَأَسْعَدَنَا بِاتِّبَاعِ أَفْضَلِ رُسُلِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّه وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَبَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ المَحْبُوبُونَ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَدْ قَالَ فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَدْ قَالَ : ادْعُ إِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِتُّمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ.
Jemaah sidang Jum’at yang mulia,
Dakwah merupakan inti dari keberadaan umat muslim. Melalui dakwah, nilai-nilai luhur Islam disampaikan kepada masyarakat, menunjukkan kasih sayang Allah kepada umat manusia. Walakin, menerapkan dakwah memerlukan kehati-hatian.
Dakwah membutuhkan metode yang tepat, strategi yang bijaksana, dan hati yang penuh cahaya, bukan hati yang menghakimi. Islam selalu mendorong dakwah melalui pendekatan yang mencerminkan nilai-nilai keislaman, bukan paksaan. Hal ini tercermin dengan jelas dalam pernyataan Allah dalam Q.S. An-Nahl [16] ayat 125:َ
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَدهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ : إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ.
"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk."
Ayat ini menyoroti bahwa Islam mengutamakan kebijaksanaan dalam ketegasan (ḥikmah), nasihat yang baik (mau'izhah ḥasanah), dan dialog yang mengedepankan etika (jidāl billati ḥiya ahsan) sebagai sarana utama dakwah.
Ketiga metode ini merepresentasikan cara terbaik yang diinginkan Tuhan bagi umat Islam yang mendapatkan amanah untuk menyebarkan ajaran-ajaran-Nya.
Sejak zaman Nabi Muhammad, dakwah telah dibangun dengan kesadaran akan budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan darinya. Nabi menyampaikan wahyu ilahi dengan mempertimbangkan penyesuaian terhadap budaya masyarakat Arab yang telah tertradisi bahkan ketika Al-Qur’an diturunkan.
Beberapa formasi budaya Arab bahkan diabadikan dalam Al-Qur’an dan diakomodasi dalam ajaran Islam dengan berbagai modifikasi.
Baca juga: Kadin dan Apdurin Parimo Siap Dampingi Petani Wujudkan Program 100 Ribu Hektare Kebun Durian
Ada sekian tradisi dipertahankan dan disempurnakan, seperti halnya ibadah haji; lalu yang lain diinterpretasi ulang, seperti praktik penyembelihan hewan, yang diubah dari persembahan kepada berhala menjadi syiar agama Allah; kemudian beberapa dihapuskan sepenuhnya, seperti aktivitas menyembah berhala yang berada di sekitar Ka’bah kala itu.
Hadirin yang dirahmati Allah Swt, Para pendakwah yang membawa Islam ke Indonesia juga melakukan hal yang sama dengan model dakwah Rasulullah saw.
Mereka tidak memaksakan budaya Arab pada masyarakat lokal, melainkan menyisipkan nilai-nilai Islam ke dalam pola budaya yang sudah ada.
Bentuk-bentuk seperti wayang, gamelan, tahlilan, selametan, dan tembang diisi dengan ajaran Islam.
Salah satu kisah yang populer disematkan kepada Sunan Kalijaga yang ketika berdakwah menggunakan pertunjukan wayang sebagai sarana dan media untuk menyebarkan ajaran Islam yang dibumikan oleh utusan agungnya, Nabi Muhammad saw.
Sayangnya belakangan ini, kita juga kembali menyaksikan kebangkitan dakwah yang menjauh dari semangat pencerahan.
Dakwah telah berubah dari lentera yang menuntun manusia keluar dari kegelapan menjadi alat untuk menuduh, mengucilkan, bahkan menghasut kebencian.
Beberapa orang membatasi definisi dakwah hanya pada ‘memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan’ dengan mengekspresikannya secara paksa dan konfrontatif, baik verbal maupun melalui tindakan.
Mereka mengabaikan nilai utama kebijaksanaan, etika dan kelembutan yang menjadi inti dakwah Nabi. Model dakwah semacam ini tidak hanya telah mengabaikan teladan Rasulullah saw, tapi juga mengabaikan perintah Allah Swt yang secara jelas termaktub dalam Al-Qur’an.
Pada salah satu hadis, terdokumentasikan doa Nabi Muhammad saw yang menjadi responsnya ketika disakiti ketika menyampaikan dakwah.
Bukannya melaknat dan melawan, Nabi justru menunjukkan sikap rahmat dan mendoakan.
اللَّهُمَّ ارْفِقَ بِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ.
"Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Para hadirin yang dicintai Allah Swt, Saat ini, dakwah menuntut perubahan yang kontekstual dengan mengikuti dinamika yang terjadi di era sekarang.
Manusia hari ini berada di era digital dan mengalami pergeseran budaya. Pendekatan terhadap dakwah pun harus berubah.
Diperlukan kreativitas dan pemahaman sosial-budaya untuk terhubung dengan masyarakat. Dakwah yang memberdayakan adalah yang menerima secara selektif, bukan menolak secara mentah-mentah budaya.
Dakwah harus menjadi instrumen ajaran Islam yang mencoba membumikan nilai-nilai Islam yang humanis dan peka serta responsif terhadap perubahan maupun tantangan yang dihadapi oleh umat.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini, 18 Juli 2025 di Sulawesi Tengah, Buol Berpotensi Hujan Sedang
Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab memaknai kebijaksanaan dalam Q.S. An-Nahl: 125 sebagai pengetahuan dan tindakan yang tepat, pada waktu yang tepat, dan ditujukan kepada orang yang tepat.
Maka demikian dakwah yang mencerahkan harus dibangun dan dibingkai dengan strategi, metode, dan pendekatan yang penuh pertimbangan.
Karena dakwah, lagi-lagi, bukanlah sarana memaksa, tapi mengajak. Dakwah juga bukan alat memaksakan kebenaran suatu ajaran, tapi piranti dalam menyampaikan pesan-pesan Islam yang rahmatan bagi semesta ciptaan.
Jemaah yang dimuliakan Allah Swt, Sebagai penutup, mari kita semua sebagai muslim berusaha memenuhi harapan warisan dakwah yang bijaksana, penyayang, dan mencerahkan dari baginda Nabi Muhammad saw.
Kita tidak boleh tergoda oleh, dan bahkan menjadi, praktisi dakwah yang keras dan justru memicu terpecah belahnya masyarakat. Sebaliknya, kita harus menjadi da'i yang menanamkan nilai-nilai Islam ke dalam hati sanubari setiap manusia dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Qur’an Surat al-Nahl:125 adalah pengingat sekaligus pedoman bagi semua dai untuk selalu menjaga standar metode dan etika ketika berdakwah. Kebijaksanaan, nasihat yang baik, dan beradu argumen dengan baik bukanlah pilihan; ketiganya merupakan instrumen utama bagi sebuah dakwah yang mencitakan dampak dan pencerahan.
Mari kita ciptakan dakwah yang mencerahkan—dakwah yang tidak bertentangan dengan budaya, dakwah yang tidak menakutkan bagi massa, dan dakwah yang tidak menutup pintu rahmat Allah. Dakwah yang senantiasa membukakan pintu dan memperkenalkan Islam sebagai agama yang ideal bagi kemanusiaan kapan dan di manapun. Agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.
Khutbah Kedua
الحمد الله الَّذِي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله أشْهَدُ أن لا إله إلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أن عبده محمدا عبدُهُ وَرَسُولُهُ لا ني ولا رَسُولَ بَعْدَهُ اللهُمَّ صَلَّ وَسَلّمْ عَلى سيد المرسلين سيدنا محمدٍ، وَعَلَى آله وأصحابه أجمعين أمَّا بَعْدُ فَيا أَيُّهَا الحاضرون للمخبويون، أوصيكم ونفسي بتقوى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَالتَّقْوَى هِيَ وصِيَّةُ رَبِّ العَالَمِينَ لِلْأَوَّلِينَ وَالآخِرينَ مِنْ خَلْقِهِ، فَقَدْ قَالَ في كتابه العزيز: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ وأمر المسلمين والمؤمبين بالصَّلَاةِ عَلَى رَسُولِ اللهِ كَمَا قَالَ فِي القُرْآنِ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ اغْفِرُ الْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ والمؤمنات الأحياء منهم والأمواب اللهم بير لنا أمورنا وحصل مقاصدها وأَحْسِنُ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا رَبَّنَا آتِنَا فِي
الللها حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار عباد الله إن الله يأمر بالعدل والإِحْسَانِ وَإِبناء في القرى، وَيَشْهَى في المحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون لماذكروا الله العظيم بذكركم واشكروه على بعمه بردكم ولدك على أكثر)(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Hari Jumat, Waktu Terbaik untuk Baca Al-Kahfi dan Berzikir |
![]() |
---|
Kalender Hijriyah Agustus–September 2025: Tanggal 1 Rabiul Awal dan Maulid Nabi 1447 H |
![]() |
---|
Khutbah Jumat 15 Agustus 2025: Ujian Hidup Adalah Latihan Kesabaran bagi Umat Beriman |
![]() |
---|
Jangan Remehkan Shalat Dhuha, Ini Manfaat Luar Biasa di Baliknya |
![]() |
---|
Rahasia Doa Pagi dalam Islam, Penjaga Rezeki dan Jiwa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.