Sulteng Hari Ini

Peringati Hari Mangrove Sedunia, PT Vale Tanam 2.000 Mangrove dan Lakukan Restorasi Terumbu Karang

Mangrove, sebagai garis pertahanan pertama terhadap perubahan iklim, kini berada dalam kondisi kritis.

Editor: Regina Goldie
HANDOVER
PT VALE MANGROVE - Kolaborasi strategis PT Vale bersama TNI AL, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal menjadi contoh nyata pemulihan iklim dari sektor industri tambang bertanggung jawab. 

TRIBUNPALU.COM -  Kolaborasi strategis PT Vale bersama TNI AL, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal menjadi contoh nyata pemulihan iklim dari sektor industri tambang bertanggung jawab.

Di tengah krisis iklim global dan meningkatnya kerentanan wilayah pesisir terhadap abrasi serta penurunan keanekaragaman hayati laut, peringatan Hari Mangrove Sedunia bukan sekadar simbol, melainkan panggilan untuk bertindak.

Mangrove, sebagai garis pertahanan pertama terhadap perubahan iklim, kini berada dalam kondisi kritis.

PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) bagian dari MINDID menjawab tantangan ini dengan aksi konkret, menanam 2.000 bibit mangrove dan melaksanakan restorasi lamun serta terumbu karang di kawasan pesisir Pasi-Pasi, Malili, Sulawesi Selatan.

Baca juga: Warga Desa Tokilo Poso Tak Berani Tidur di Rumah, Trauma Gempa Masih Terasa

Kegiatan ini merupakan bagian dari strategi restorasi jangka panjang PT Vale yang dilaksanakan bersama TNI Angkatan Laut (Danlantamal VI Makassar), Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, organisasi konservasi, serta masyarakat sekitar, sebagai bentuk komitmen nyata praktik pertambangan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

“Kami tidak hanya menanam pohon, kami sedang menanam ketahanan untuk masa depan. Ini adalah bagian dari komitmen kami membangun pertambangan yang tidak hanya produktif, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan lingkungan,” ujar Abu Ashar, Wakil Presiden Direktur dan Chief Operations & Infrastructure Officer PT Vale yang didampingi oleh Chief Human Capital Officer PT Vale Adriansyah Chaniago.

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, namun lebih dari 50 persen luasnya telah mengalami degradasi.

Baca juga: Pemkab Morut Teken MoU dengan Kemendikbud Tingkatkan Kualitas Guru

Di kawasan pesisir Malili, hasil kajian ekologis yang dilakukan PT Vale tahun 2022 mengungkap data terhadap tantangan yang dihadapi:

•    Terumbu karang sehat hanya tersisa 30,96 hektar dari total 111 hektar.
•    Ekosistem lamun tersisa hanya 0,88 hektar.
•    Hutan mangrove masih ada sekitar 647 hektar, namun dengan kepadatan yang sangat rendah dan fungsi ekologi yang menurun drastis.

Padahal, mangrove mampu menyerap karbon 3 hingga 5 kali lebih banyak dari hutan darat tropis, serta melindungi pesisir dari abrasi dan badai.

Hilangnya fungsi ini berarti hilangnya perlindungan bagi masyarakat pesisir yang sangat bergantung pada laut untuk penghidupan dan ketahanan pangan.

“Kondisi ini adalah alarm. Jika ekosistem pesisir rusak, maka bukan hanya lingkungan yang terdampak, tapi juga ekonomi masyarakat dan harapan untuk pertumbuhan inklusif,” ujar Endra Kusuma, Direktur Hubungan Eksternal PT Vale.

Baca juga: Kepala BPJN Sulteng Dadi Muradi Resmi Pamit, Ini Penggantinya

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved