Palu Hari Ini

BEM Unisa Minta Transparansi Kasus Hijrah: Soroti Dugaan Dendam dan Eksploitasi Jam Kerja di PT PNM

Ia juga mendesak aparat kepolisian untuk menyelesaikan kasus kematian ini secara tuntas dan transparan demi keadilan.

|
Penulis: Supriyanto | Editor: Fadhila Amalia
Handover
SOROTI KASUS PEMBUNUHAN DI DESA SARJO - Wakil Ketua Bem Unisa Palu, Moh Kholil Bisriy menganggap bahwa pembunuhan itu merupakan dendam terselubung dari nasabah kepada karyawati tersebut. 

“Pelaku sudah kami amankan dan ditetapkan sebagai tersangka. Saat ini masih dalam pemeriksaan intensif untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” tegas IPTU Rully, Minggu (21/9/2025).

Rumah Pelaku Dibongkar

Rumah pria yang telah ditetapkan sebagai tersangka Pembunuhan karyawati koperasi, Hijrah (19), di Desa Sarjo, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, dibongkar oleh keluarga korban bersama warga, Minggu (21/9/2025).

Pembongkaran dilakukan sekitar pukul 15.00 WITA.

Warga terlihat menggunakan balok kayu dan besi untuk merobohkan dinding rumah, dari bagian depan hingga belakang. 

Barang-barang di dalam rumah pun sudah dikosongkan sebelumnya. 

Untuk mempercepat proses, keluarga korban berencana menarik pondasi rumah dengan menggunakan truk.

Harmina, salah satu keluarga korban, menjelaskan aksi itu merupakan bentuk luapan emosi keluarga atas perbuatan tersangka yang telah menghilangkan nyawa Hijrah.

Sosok Hijrah
Hijrah yang masih sangat muda, dikenal sebagai sosok yang penuh tanggung jawab dan menjadi tulang punggung keluarga.

Ia tinggal bersama neneknya di Desa Maponu setelah kedua orangtuanya berpisah dan masing-masing menikah lagi.

Sejak itu, ia mengabdikan diri untuk merawat sang nenek yang sudah lanjut usia dan menderita pikun.

Menurut penuturan sepupunya, Fini, Hijrah adalah cucu yang sangat berbakti.

Ia tak pernah mengeluh meski harus membagi waktu antara bekerja dan mengurus neneknya yang sudah tak bisa bangun dari tempat tidur.

"Dia itu anak baik. Selama ini neneknya yang sakit-sakitan dirawat sama Hijrah," tutur Fini dengan suara bergetar, mengenang sosok sepupunya.

Namun, sejak bekerja di PNM, Hijrah hanya bisa pulang pada hari Minggu dan malam Senin.

Sisa waktunya dihabiskan untuk bekerja keras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu biaya pengobatan neneknya.

Sayangnya, pengorbanan Hijrah harus berakhir tragis.

Sang nenek yang selama ini dirawatnya tak mengetahui sama sekali tentang tragedi yang menimpa cucunya.

Sempat Chat dengan Atasan
Beginilah detik-detik sebelum Hijrah dilaporkan hilang kontak.

Korban sebelumnya berada diperjalanan pulang setelah mengunjungi rumah salah satu nasabah, yang juga berada di wilayah Desa Sarjo.

Hal ini memunculkan dugaan kuat bahwa pelaku adalah orang yang dikenal atau berhubungan dengan pekerjaan korban.

Sebelum ditemukan meninggal dunia, HJ sempat berkomunikasi dengan atasannya melalui pesan WhatsApp.

Pesan-pesan yang dikirimkan HJ seolah menjadi firasat buruk akan nasib yang akan menimpanya.

Percakapan dimulai pada pukul 21.40 WITA.

HJ mengawali pesan dengan jawaban singkat.

Berikut petikan percakapan Hj dengan atasannya yang tersebar di media sosial:

HJ (21.40):  "Oh iya."

Atasan (21.55):  – Panggilan suara (tidak dijawab)   "Hijrah. Di mana sudah kamu?"  – "Hati-hati ya."

HJ (21.56):  "Jangan ditelepon Bu, karena sementara dia bonceng saya, nanti dia curiga."  "Bu, doakan saya."  "Dari tadi tidak ada rumah yang dilewati."  "Baru jalan ada jaringan di sini."

Atasan (21.56):  "Iya hati-hati."  "Berdoa."

HJ (21.57):  "Aduh, saya takutnya ini orang dendam."

Atasan (21.57):  "Beh, jangan dipikir begitu."

Tak lama setelah percakapan itu, komunikasi dengan HJ terputus sekitar pukul 22.00 WITA. 

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved