Parigi Moutong Hari Ini

Sumadi, Guru SLBN Parigi yang Mengabdi dengan Hati untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Menurutnya, pekerjaan guru adalah mulia. Mengajar anak berkebutuhan khusus membutuhkan kesabaran ekstra, metode khusus, dan ketekunan tinggi.

Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Regina Goldie
FAAIZ / TRIBUNPALU.COM
Sumadi, guru di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Parigi, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah menceritakan suka-duka mendidik anak-anak berkebutuhan khusus setiap hari. 

Pelatihan guru kurang spesifik. Workshop umumnya berfokus pada pendidikan reguler, bukan kebutuhan anak khusus.

“Menyesuaikan reguler itu tidak mudah, karena pola pikir dan kemampuan anak berbeda-beda,” tambah Sumadi.

Meski demikian, guru tetap ikhlas mengabdi. Mengajar anak berkebutuhan khusus dianggap sebagai panggilan hidup.

“Anak berkebutuhan khusus itu anak yang pandai balas kasih. Sekali kita berbuat baik, mereka akan mengingat selamanya,” ujarnya haru.

Hal itu membuat guru termotivasi menghadapi stigma, keterbatasan fasilitas, dan tantangan sehari-hari.

Sumadi menekankan, setiap murid punya potensi unik yang harus digali dan dikembangkan.

“Kerja sama dengan orang tua sangat penting, terutama untuk anak autis. Terapi manual dan kontak mata di rumah mendukung kemajuan mereka,” jelasnya.

Ia mengapresiasi orang tua yang memahami kesulitan guru dan mendukung pembelajaran di rumah.

Anak-anak SLB perlu sering ditampilkan dalam kegiatan. Hal itu membuat mereka merasa setara dengan anak reguler.

Baca juga: Dana Pelimpahan Kecamatan di Banggai Turun Jadi Rp2,7 Miliar

“Tidak boleh dikecilkan, harus dilibatkan supaya percaya diri dan merasa bagian dari masyarakat,” kata Sumadi.

Guru SLB ini juga menyoroti keterbatasan jumlah SLB. Di Parigi Moutong, hanya ada dua SLB, satu negeri di Desa Bambalemo.

Ia berharap ke depan pendidikan SLB lebih diperhatikan, dengan fasilitas memadai dan metode khusus yang sesuai kebutuhan anak.

“Harapan saya, kondisi sudah baik sekarang, semoga ke depan lebih baik lagi,” tutup Sumadi.

Sumadi percaya, meski penuh tantangan, kegigihan guru akan terus menginspirasi anak-anak berkebutuhan khusus untuk maju.

Dengan dedikasi guru, stigma perlahan terhapus, prestasi siswa meningkat, dan anak-anak SLB semakin percaya diri menghadapi masa depan.(*)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved