Parigi Moutong Hari Ini

Sumadi, Guru SLBN Parigi yang Mengabdi dengan Hati untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Menurutnya, pekerjaan guru adalah mulia. Mengajar anak berkebutuhan khusus membutuhkan kesabaran ekstra, metode khusus, dan ketekunan tinggi.

Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Regina Goldie
FAAIZ / TRIBUNPALU.COM
Sumadi, guru di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Parigi, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah menceritakan suka-duka mendidik anak-anak berkebutuhan khusus setiap hari. 

“Anak autis pernah mewakili Sulawesi Tengah di lomba desain Travis di Bandung,” katanya bangga.

Siswa tunadaksa pun pernah menjadi juara bulutangkis mewakili Sulawesi Tengah hingga Jakarta.

Sumadi mengingat, ada juga prestasi kreasi barang bekas, mikro, dan seni lainnya yang membuat siswa SLB dikenal.

Stigma masyarakat terhadap SLB masih ada. Banyak yang menyebutnya “sekolah orang gila” atau tempat anak bermasalah.

Baca juga: Wagub Sulteng Nikmati Panorama di Teluk Palu, Singgung Tambang Ilegal dan Illegal Fishing

“Dengan kegiatan sekolah, masyarakat mulai mengenal kemampuan anak-anak SLB. Mereka mampu berkreasi seperti anak reguler,” tutur Sumadi.

Dukungan pemerintah daerah diapresiasi guru. Pejabat hadir menyerahkan hadiah bagi semua anak tanpa diskriminasi.

“Hadiah diberikan merata, baik bagi anak berprestasi maupun tidak, tanpa memandang keterbatasan mereka,” ujarnya.

Namun fasilitas sekolah masih minim. Guru berharap ada ruang terapi autis, alat bantu dengar, dan kursi roda bagi anak tunadaksa.

“Kami butuh kursi roda. Banyak anak tunadaksa jarang ke sekolah karena kesulitan bergerak,” kata Sumadi.

Jumlah siswa SLB tidak tetap. Kehadiran bergantung kondisi fisik dan mental masing-masing.

“Kontrol kehadiran anak penting, bahkan saat mereka bermain di luar hujan,” ungkapnya.

Sistem pendidikan saat ini masih menyesuaikan kurikulum reguler. Anak SLB tetap dituntut literasi dan numerasi.

Baca juga: DPRD Kota Palu Gelar RDP Bahas Pengaduan Tambang Galian C di Taipa

“Selama ini kami menyesuaikan, tapi anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan yang benar-benar berbeda,” ujarnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved