Sulteng Hari Ini

Workshop Bedak Tradisional Lingkao Digelar di Donggala, Angkat Pengetahuan Leluhur Suku Kaili

Ketua panitia, Mas Intan, menjelaskan bahwa Lingkao bukan jenis bedak, melainkan penyakit tradisional yang umum diderita anak-anak hingga remaja.

Penulis: Misna Jayanti | Editor: Regina Goldie
MISNA/TRIBUNPALU.COM
Dalam rangka memperkenalkan dan melestarikan warisan sejarah serta budaya di Kabupaten Donggala, workshop pembuatan bedak tradisional Lingkao warisan leluhur Suku Kaili digelar di Kantor SKB Mavali, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. 

Laporan Wartawan TribunPalu, Misna Jayanti

TRIBUNPALU.COM, DONGGALA - Dalam rangka memperkenalkan dan melestarikan warisan sejarah serta budaya di Kabupaten Donggala, workshop pembuatan bedak tradisional Lingkao warisan leluhur Suku Kaili digelar di Kantor SKB Mavali, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Kegiatan bertema Pengetahuan Tradisional Berbahan Rempah-Rempah pada Suku Kaili ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Maestro Bedak Lingkao Asdar Nasar, Zulkifli Pagesa (Uun), dan Jamrin Abu Bakar.

Ketua panitia, Mas Intan, menjelaskan bahwa Lingkao bukan jenis bedak, melainkan penyakit tradisional yang umum diderita anak-anak hingga remaja.

“Penderitanya biasanya menunjukkan gejala bintik merah, benjolan, bibir kehitaman, tubuh kebiruan, keringat berlebih, hingga dada tampak membusung,” ujarnya. Minggu (23/11/2025).

Baca juga: Hadianto Rasyid Jadwalkan Keberangkatan Perwakilan Honorer ke KemenPAN-RB

Lingkao dikenali dalam tiga jenis, di antaranya lingkau kamumu dan lingkau pecah.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, masyarakat Kaili memanfaatkan bedak rempah yang diracik dari berbagai dedaunan dan bumbu. Bedak itu digunakan dengan cara dibalurkan ke seluruh tubuh penderita.

“Bahan-bahannya mudah ditemukan di sekitar rumah, seperti daun mangkok, daun lana, daun jarak, hingga daun silalondo. Beberapa rempah seperti cengkeh, pala, dan kayu manis dibeli di pasar,” tambah Mas Intan.

Selain untuk Lingkao, ramuan ini juga dapat digunakan sebagai obat batuk dengan cara dilarutkan ke dalam air dan diminum.

Mas Intan menegaskan bahwa kegiatan ini digelar untuk melestarikan pengetahuan tradisional sebagai bagian dari Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) sebagaimana diamanatkan oleh UU Nomor 5 Tahun 2017.

“Kami ingin memperkenalkan kembali pemanfaatan rempah-rempah, bukan hanya untuk masakan, tetapi juga sebagai potensi lokal untuk penyembuhan tradisional,” jelasnya.

Baca juga: Momen Bahagia Ruben Onsu Kumpul Lagi dengan Anak-anak Usai Curhat Sulit Bertemu

Ia berharap workshop dapat menjadi pemantik agar Bedak Lingkao didaftarkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb).

"Kami ingin generasi muda mempelajari kembali pengetahuan yang sudah ada sejak lama ini," ungkap Mas Intan.

Usai workshop, panitia berencana membantu maestro Lingkao memproduksi bedak secara berkelanjutan dan mempromosikan lebih luas.

“Insya Allah kami akan mengawal proses produksi dan membantu pembuatan branding agar bisa bersaing dengan produk tradisional lain di pasaran,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved