Sulteng Hari Ini
Kualitas Beras Lokal Masih Rendah, Basirun: Sarana Pascapanen di Sulteng Perlu Ditingkatkan
Banyak beras lokal terpaksa tidak bisa ditampung oleh Bulog karena tidak memenuhi standar pemerintah.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Alan Sahril
TRIBUNPALU.COM, PALU - Kebutuhan beras menjelang bulan suci Ramadan terus meningkat khususnya di Sulawesi Tengah jelang Ramadan.
Masih banyak kualitas beras lokal masih dibawah standar yang telah ditetapkan pemerintah.
Kepala Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Sulawesi Tengah, Basirun mengatakan banyak beras terpaksa tidak bisa ditampung oleh Bulog karena tidak memenuhi standar pemerintah.
"Dari hasil panen yang kami amati di Kabupaten Parigi Moutong dan Poso Pesisir itu masih banyak beras yang kualitasnya hasil gilingnya dibawah standar HPP (Harga Pembelian Pemerintah)," ucap Basirun di kantor Bulog Jl Prof Moh Yamin, Kelurahan Lolu Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (31/3/2021).
Baca juga: Nekat, IRT di Moilong Banggai Sembunyikan 30 Liter Miras Jenis Cap Tikus di Bawah Kamar Tidur
Baca juga: Pesan untuk 450 Wisudawan, Rektor: Alumni IAIN Palu Harus Mampu Pecahkan Masalah Sosial Keagamaan
Baca juga: Update Corona Sulteng, 31 Maret 2021: Kota Palu Catat Tambahan Pasien Sembuh Terbanyak, 35 Orang
Baca juga: Drive Thru ke 2, Wisuda Perdana IAIN Palu Kampus II Sigi di Masa Pandemi COVID-19
Ia menjelaskan beras harus sesuai standar mengingat Bulog akan menyimpan beras tersebut untuk kebutuhan pasar.
Jika tidak sesuai standar yang telah ditetapkan maka akan menurunkan harga beras di pasaran.
"Kenapa Bulog menerapkan stansar seperti itu, pertama karena itu memang sesuai dengan aturan, dan kedua kalau kualitas beras yang tidak sesuai standar itu akan mempengaruhi kualitas simpan, karena beras ini juga kan untuk stok di gudang jadi harus sesuai standar," terangnya.
Basirun mengatakan hampir selalu ia datang ke petani untuk mensosialisasikan standar kualitas beras.
"Kami juga sering turun ke lapangan sosialisasi kepada masyarakat mengenai standar kualitas," tuturnya.
Baca juga: KLB Deli Serdang Ditolak Kemenkumham, Ini Rencana Partai Demokrat Sulteng Selanjutnya
Baca juga: Serang Mabes Polri, Orang Terduga Teroris Ditembak Petugas
Baca juga: Ucapkan Terima Kasih pada Pemerintah, Ibas: Kebenaran dan Keadilan Masih Ada di Negeri Kita
Basirun menambahkan perlunya peningkatan kualitas beras lokal diharapkan dapat bersaing dengan beras dari luar negeri.
"Mungkin sarana pascapanen di Sulawesi Tengah itu perlu ditingkatkan sehingga nantinya dapat menghasilkan beras yang kualitas yang sesuai dengan standar," jelasnya.
Kata Basirun, jika kualitas beras sesuai standar maka beras di gudang Bulog bisa bertahan hingga enam bulan.
"Kalau secara kualitas sesuai standar, beras dapat disimpan selama enam bulan dan tidak berubah artinya tidak berubah dari sisi warna, dari sisi bentuk dan harumnya," sebutnya.
Baca juga: Kadisdikbud Palu: Rencana Jangka Panjang SMPN 10 Palu Bakal Dipindahkan
Baca juga: Pemerintah Tolak Demokrat Kubu Moeldoko, AHY: Ini Penegasan terhadap Kebenaran
Baca juga: SMPN 10 Palu Terdampak Banjir Rob, Kepsek: Ini Terparah Pasca Triobencana 2018
Basirun mengatakan penggiling beras petani masih ketinggalan sehingga kualitas beras juga menurun, inilah alasan mengapa kualitas beras lokal masih kalah dengan beras luar negeri.
"Biasanya proses pengayaan di penggilingan masih kurang karena saya amati sistem di wilayah kita ketika digiling apapun hasilnya beras ya beras tidak memisahkan lagi menir dan lain-lainnya itu jadi satu," terangnya lagi.
Selain itu, ia juga menambahkan musim penghujan dan kemarau menjadi penentu kualitas beras lokal turun. (*)