Sulteng Hari Ini

Bulog Sulteng Jelaskan Alasan Tak Serap Beras Petani Torue, Kualitas di Bawah Standar

Ia menjelaskan, hasil panen kali ini mengalami penurunan kualitas akibat faktor iklim dan serangan hama di sejumlah lahan pertanian.

Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Regina Goldie
FAAIZ / TRIBUNPALU.COM
Pemimpin Wilayah (Pimwil) Perum Bulog Kanwil Sulawesi Tengah, Jusri, menegaskan persoalan utama beras petani di Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, bukan karena tidak ada pembeli. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz

TRIBUNPALU.COM, PARIGI MOUTONG – Pemimpin Wilayah (Pimwil) Perum Bulog Kanwil Sulawesi Tengah, Jusri, menegaskan persoalan utama beras Petani di Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, bukan karena tidak ada pembeli.

Ia menjelaskan, hasil panen kali ini mengalami penurunan kualitas akibat faktor iklim dan serangan hama di sejumlah lahan pertanian.

“Alhamdulillah, ternyata persoalan utama ialah panen kali ini kurang bagus karena serangan hama dan iklim yang tidak mendukung,” ujar Jusri, usai bertemu dengan sejumlah Petani di Kantor Camat Torue, Selasa (28/10/2025).

Baca juga: Camat Torue Parigi Moutong Sebut Petani Sulit Jual Gabah, Penyimpanan Penuh

Menurutnya, dampak dari kondisi itu menyebabkan tingkat broken atau butir patah pada beras mencapai 30 hingga 35 persen.

“Broken-nya sampai 30–35 persen, itu yang mereka sampaikan,” ucapnya.

Jusri menegaskan, Bulog tidak bisa menyerap beras dengan kadar broken di atas standar yang telah ditetapkan.

“Bukan berarti tidak ada pembeli. Ada, hanya saja kualitas berasnya di bawah standar Bulog,” katanya.

Baca juga: Kapolres Sigi Kukuhkan Jabatan Pamapta SPKT, Tegaskan Transformasi Pelayanan Lebih Responsif

Bulog, lanjutnya, hanya dapat membeli beras dengan kadar broken maksimal 25 persen.

“Standar kami itu maksimal broken 25 persen, sementara mereka 30–35 persen,” tegas Jusri.

Ia memastikan bahwa beras dengan kualitas bagus sebenarnya tetap laku di pasaran dan masih memiliki harga kompetitif.

“Untuk beras yang bagus sebenarnya terjual di harga Rp12.100 sampai Rp12.200 per kilogram,” ungkapnya.

Baca juga: Polsek Bahodopi Tangani Kasus Dugaan Pengeroyokan Antar Pekerja di Kawasan PT. FMI

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved