Bangun Literasi Generasi Muda Daerah Konflik, Poso Babaca Sebar Perpustakaan Kardus di Tana Poso

Komunitas Poso Babaca datang ke daerah terpencil di Poso dan sekitarnya untuk meningkatkan mutu generasi muda melalui baca buku.

Penulis: Imam Saputro | Editor: Imam Saputro
Dokumentasi Poso Babaca
Keceriaan anak-anak di Desa Dulumai dalam kegiatan Poso Babaca 

Hampir empat tahun berjalan, Poso Babaca kini "melahirkan" tiga komunitas di daerah Poso.

Gunawan mengatakan fokus utama agar anak-anak di zona konflik lebih luas wawasannya dengan membaca, kini sudah lebih ditingkatkan.

Poso babaca kini "melahirkan" tiga komunitas baru dengan keunikan tersendiri.

" Yang pertama di pusat Kota Poso yang dikelola oleh Poso Study Circle, fokusnya ke peningkatan skill bahasa Inggris anak-anak."

Yang kedua di Tampemadoro dikelola komunitas Rumbia dan terakhir di Tentena dengan penggerak komunitas Banua loe.

" Selain kami bergerak melalui media buku, 3 anak Poso Babaca tadi sekarang lebih fokus ke peningkatan lifeskill anak-anak di daerah masing-masing," jelas Gunawan.

Harapannya agar anak-anak di bekas daerah konflik bisa lebih kuat dan mencegah konflik terjadi di masa depan.

Ia memberikan contoh sederhana adanya permainan ular tangga toleransi.

" Di permainan tersebut ada kotak yang ketika melakukan hal buruk terkait SARA, akan ada efek negatif yang muncul, di situ kami diskusi sama adik-adik."

" Semangat dari Poso Babaca kini kami jabarkan lagi dengan 3 komunitas baru itu, membaca buku tetap jalan, ditambah dengan peningkatan lifeskill dari generasi muda, konflik saat ini sudah dibilang sudah tak ada, jadi kami fokus ke peningkatan skill," ujar Gunawan.

Menurutnya, anak-anak di daerah konflik harus disiapkan untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan, selain ada hal khusus yang perlu diperhatikan, yakni mencegah terulangnya konflik.

Nilai toleransi dan keberagaman jadi nilai utama agar generasi muda tidak mudah mengulangi konflik di masa lalu di Poso yang berkaitan dengan agama ataupun paham radikalisme tertentu.

“ Harapan kami, generasi baru di Poso ini bisa dapat bekal pengetahuan yang baik untuk membangun Poso yang damai, Poso yang lebih cerdas.”

“ Kami kira, Poso adalah satu barometer di Indonesia, jika Poso aman, maka Indonesia juga aman” imbuh pria kelahiran asli Poso ini.

Peningkatan literasi diharapkan bisa menjadi satu di antara benteng untuk menjaga generasi muda agar mencegah terulangnya konflik dan sebagai dasar membangun Poso di masa depan.

Poso Butuh Kolaborasi Semua Pihak

Cendekiawan Muslim Palu, Prof Lukman S Thahir memberikan apresiasi kegiatan yang dilakukan Poso Babaca dan komunitas turunannya.

“ Poso butuh bantuan dari banyak pihak, kolaborasi jadi barang wajib untuk dilakukan dalam upaya membangun kembali Poso,” kata Lukman yang saat ini juga menjabat Rektor Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama ini.

Di sisi lain, ia berharap Poso Babaca ini bisa memperkuat pendampingan yang dilakukan ke generasi muda.

Prof Lukman S Thahir, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Prof Lukman S Thahir, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (handover)

“ Indonesia ini dengan jumlah muslim terbesar di dunia tak hanya jadi tujuan wisata, tapi juga sasaran untuk menciptakan konflik, sasaran kekerasan bagi kelompok transnasional, memperkuat kemampuan generasi muda untuk mengolah informasi sangat penting,” ujar akademisi yang masih melakukan pendampingan ke puluhan eks-teroris Poso ini.

Cepatnya informasi melalui internet ditakutkan bisa menjadi pemicu konflik jika tidak dibarengi dengan penerimaan informasi yang mumpuni.

“ Di internet itu sekarang ada video-video yang belum tentu benar, ada gambar, ada suaranya, jika tidak dibarengi literasi yang benar, maka itu berbahaya bagi Poso yang menyimpan  luka masa lalu,” tegasnya.

“ Literasi dalam arti bisa membaca, bisa menelaah dan kroscek informasi ke berbagai sumber jadi penting menghadapi era post truth ini, untuk generasi muda apalagi, masa depan Poso ada di tangan mereka,” tambah Ketua Ketua Tanfidziyah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama atau PWNU Sulawesi Tengah ini.

Komunitas Poso BaBaCa digagas oleh Gunawan Primasatya, Mahris Supono, Murthy F. Rone, Husein Noval, Lugna Hi. Lanna 13 November 2014 lalu.

“Kami adalah sekumpulan orang Poso yang mempunyai visi yang sama, percaya buku sumber sejuta ilmu, setiap tulisan punya jutaan cerita dan setiap cerita merupakan sumber ilmu,” kata Gunawan yang berperan jadi juru bicara ini.

“Kami berniat berbagi ilmu dengan setiap orang Poso melalui setiap bacaan yang kami pernah baca, melalui tulisan yang pernah kami tulis, niat kami juga untuk menjaga usia anak jauh dari lingkaran kekerasan dan dampak buruk modernisasi,” ungkapnya.

“ Tujuan akhirnya Poso yang lebih cerdas, Poso yang lebih damai.”

Adapun “Babaca” adalah dialek asli Poso yang berarti membaca.

Poso Babaca ya artinya Poso membaca,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved