Idul Adha 2025

Benarkah Kambing Lebih Berbahaya dari Dagingnya Dari Sapi? Ini Penjelasan Dokter

Bukan daging kambingnya yang salah, tetapi kombinasi bahan tambahan seperti garam, gula, dan penyedap rasa berlebihan yang membuat tubuh rentan.

Editor: Fadhila Amalia
Tribunnews.com
ILUSTRASI - Menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Adha, Daging Kambing menjadi salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Namun, tak sedikit pula orang yang menghindari Daging Kambing dengan alasan bisa menyebabkan tekanan darah naik.  

TRIBUNPALU.COM - Menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Adha, Daging Kambing menjadi salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat. 

Namun, tak sedikit pula orang yang menghindari Daging Kambing dengan alasan bisa menyebabkan tekanan darah naik. 

Baca juga: Belum Dirlirik Sponsor, Persipal Palu Terancam Tak Main di Liga 2 Musim 2025-2026

Terkait hal ini, Dokter Penyakit Dalam di Rumah dr Nindya Putri Permata Risadayu dari RS Soeradji Tirtonogoro beri tanggapan. 

“Bahwasannya Daging Kambing ini sering dikambinghitamkan. Katanya karena mungkin menyebabkan lebih tinggi tekanan darahnya daripada ketika kita konsumsi daging sapi. Padahal kenyataannya, secara kandungan dia bisa dikatakan lebih baik,” ungkapnya pada talkshow kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Minggu (8/6/2025). 

Kuncinya Ada pada Cara Pengolahan

Lebih lanjut, ia  menjelaskan bahwa untuk mendapatkan manfaat nutrisi dari Daging Kambing, hal utama yang perlu diperhatikan adalah cara pengolahannya.

Baca juga: Wabup Abdul Sahid Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak Banjir di Desa Maleali Parimo

Penggunaan bahan-bahan tambahan yang tidak sehat bisa mengubah daging bergizi menjadi pemicu masalah kesehatan.

Cara Masak Daging Empuk 

“Proses pengolahan memainkan peran, ya, kayak misalkan direbus, dikukus, dengan apa, yang misalkan pakai santan. Santannya yang mungkin tidak terlalu pekat, santannya yang cukup encer atau mungkin diganti dengan oat, susu oat itu bisa. Jadi bisa menyeimbangkan gizi di dalamnya,” jelasnya.

Ia juga menyoroti proses memasak sate kambing yang sering dilakukan berulang kali, dengan bumbu yang tinggi garam atau gula, sebagai salah satu penyebab tekanan darah bisa melonjak.

Baca juga: Banjir Maleali Parimo: 70 KK Terdampak, Korban Butuh Makanan Siap Saji

“Terus bumbunya (sate) isinya apa aja? Kecap, garam, terus mungkin bawang dan sebagainya. Terus kita bakar itu satenya, terus kita celupkan, terus kita bakar lagi, terus kita celupkan lagi. Nah ini juga salah satu faktor yang mungkin bisa meningkatkan risiko untuk peningkatan tekanan darah,” paparnya.

Bukan daging kambingnya yang salah, tetapi kombinasi bahan tambahan seperti garam, gula, dan penyedap rasa berlebihan yang membuat tubuh rentan terhadap gangguan kesehatan.

“Sebenarnya Kambing aja kan gak masalah. Cuma karena kita mengolahnya dengan bumbu-bumbu, garam yang terlalu tinggi, atau gula yang terlalu tinggi, atau mungkin bumbu-bumbu yang istilahnya kadar misalkan penyedap yang terlalu tinggi, seperti itu. Jadi akan meningkatkan risiko untuk peningkatan tekanan darah,” tegas dokter.

Solusinya? Manfaatkan kekayaan rempah-rempah lokal yang tidak hanya membuat masakan lebih sedap, tapi juga memiliki manfaat kesehatan seperti menurunkan kolesterol dan tekanan darah.

Hal penting lainnya adalah mengatur porsi konsumsi. 

Banyak orang yang langsung mengolah seluruh daging kurban sekaligus, padahal daging bisa disimpan dalam freezer hingga tiga bulan.

Ia mengingatkan agar masyarakat tidak rakus saat menyantap daging kurban. 

Baca juga: Banjir Maleali Parimo: 70 KK Terdampak, Korban Butuh Makanan Siap Saji

“Kalau istilahnya orang Indonesia ya jangan geragas lah. Enggak boleh geragas, enggak boleh rakus lah. Dan Idul Kurban kan kita harus bersyukur ya. Maksudnya bersyukur dan berbagi, kita juga enggak boleh lah langsung habiskan saat itu juga,” katanya.

Terakhir, dokter juga menyoroti bahwa anggapan buruk soal daging kambing sudah terbentuk sejak lama. 

Banyak yang merasa bahwa kambing “lebih jahat” dari sapi, padahal secara kandungan gizi, daging kambing tidak kalah bahkan cenderung lebih baik.

“Itu mungkin mindset yang kita dapat dari awal ya. Kita ditanamkan kalau kambing itu lebih jahat, lebih ini, lebih itu, pokoknya lebih buruk lah daripada sapi. Tapi kan secara ilmu itu kandungannya bagus, maksudnya lebih bagus lah daripada sapi,” tutupnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved