OPINI
Pemutihan dan Penyelamatan Pendidikan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pembiayaan dalam Pendidikan memerlukan penganganan tersendiri dan sedemikian dinamis.
Keberimbangan penyikapan pun tidak terjadi manakala melihat nuansa perjuangan guru sekolah swasta. Publik pun seakan lebih suka menghakimi sekolah swasta dalam segala aspek tanpa mempertimbangkan sisi historis dan menempatkan sekolah swasta sekedar pelengkap penderita.
Terlebih pada masa kini publik sedemikian kuat menstigmakan sekolah swasta pencekik nadi keuangan dan minim toleransi.
Muncul pertanyaan besar Bagaimanakah memposisikan.
SPP dalam menjaga asa dan nyawa sekolah swasta merupakan sebuah permasalahan pokok yang harus dipersepsikan dalam keadilan peran kebersamaan.
Ujian Kesetiaan
Berkhidmat di sekolah swasta mengharuskan seluruh warga sekolah dari pengelola, guru hingga penjaga sekolah dalam satu frame mempertahankan keberadaan sekolah tersebut.
Persepsi ini bukan hadir secara pragmatis mengingat keberadaan sekolah swasta merupakan sebuah idealisme dalam ikhtiar merenda masa
depan.
Implikasinya pelestarian sekolah tersebut menjadi harga mati seiring menjaga negeri.
Sumber data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Tahun Ajaran 2017/2018 dari jenjang SD sampai Sekolah Lanjutan Atas (SLTA), termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB) di Indonesia mencapai 307.655 sekolah pada tahun ajaran 2017/2018.
Jumlah tersebut, berdasarkan data pokok pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdiri
atas 169.378 sekolah negeri dan 138.277 sekolah swasta.
Peran strategis sekolah swasta tersebut menjadikan Persepsi Siswa apapun jenjang pendidikannya adalah
nyawa jika tidak pandai mengolah maka nyawa dipertaruhkan.
Kemenangan ideologis inilah yang menjadikan sebagaian masyarakat negeri ini memilih bersekolah di sekolah swasta.
Persepsi selama ini manakala ingin menjadikan anak kuat dalam ideologi tertentu baik agama maupun nasionalis maka pilihlah sekolah dengan ideologis kuat dalam hal ini banyak dilaksanakan sekolah swasta dibandingkan sekolah negeri.
Konsekuensinya muatan keagamaan ataupun nasionalisme lebih besar dibandingkan sekolah negeri.
Masyarakat memilih sekolah swasta bukannya tidak mengetahui konsekuensi namun mereka menyadari kualitas pendidikan mempengaruhi masa depan sehingga tidak main main memilih sekolah
swasta.
| OPINI: Dosen Swasta Masih Jadi Kelas Dua dalam Pendidikan Tinggi Indonesia? |
|
|---|
| Darurat KDRT dan Kekerasan Remaja, Cermin Retaknya Sistem Kehidupan Sekular |
|
|---|
| Kesaktian Pancasila: Menyatukan Bangsa Lawan Darurat Hipertensi dan Diabetes |
|
|---|
| Bahasa Inggris: Tiket Masuk Dunia Global bagi Generasi Muda Indonesia |
|
|---|
| Bus Trans Palu: Ketika Roda Tak Berputar, Uang Rakyat Jangan Terus Dialirkan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palu/foto/bank/originals/Mukhlis-Mustofa.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.