OPINI
Pemutihan dan Penyelamatan Pendidikan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pembiayaan dalam Pendidikan memerlukan penganganan tersendiri dan sedemikian dinamis.
Pendaftaran sejak dini, pembayaran yang lebih besar menjadi elemen tak terpisahkan menyikapi pilihan di selolah swasta ini.
Tindakan tersebut dianggap diluar nalar pendidikan namun memperoleh pendidikan terbaik adalah hak setiap warga negara tidaklah salah jika sekolah swasta diminati dengan segala keunggulannya.
Menyikapi fenomena tersebut diatas teramat aneh manakala orangtua mengeluh SPP karena itu nyawa sekolah swasta.
Jejak ideologis pun berganti pragmatisme bahkan sekedar peneguhan gengsi tanpa mempertimbangkan essensi.
Persepi ini bukan hadir tiba-tiba namun berpijak pola pembelajaran yang dilakukan selama masa pendemi yaitu dirumah dan orang tua panen keluhan membelajarkan sang buah hati menjadi pertanyaan bagaimanakah motif menitipkan sang anak di sekolah swasta bersangkutan.
Kisah pembuka artikel diatas bukanlah kisah sinetron picisan namun pada kenyataannya masiing-masing sekolah swasta melakukan proses pembelajaran dengan beragam rupa agar anak terlayani dengan optimal.
Memanfaatkan jaringan internet, komunikasi digital tentunya tidak semudah menulis status maha galau semua
membutuhkan proses dan hal ini menjadi tuntutan yang diberikan.
Konsekuensi ekonomis pun merebak, pembuatan konten digital di negeri ini masih menjadi barang mewah dan gurupun masih tergangtung pada kapasitas penyelenggara sekolah swasta.
Peran inilah yang sangat juga memerlukan sumber daya purwarupa dengan pola ini SPP dibutuhkan sebagai amunisi.
Keberadaan SPP pada penyelenggaraan sekolah swasta merupakan solusi konrit agar pembelajaran terus
berlangsung.
Mempertanyakan penggunaan SPP secara membabi buta menjadi persoalan dan harus dicarikan solusi memadai agar dampak pendemi ini tidak merusak harmoni edukasi.
Lantas bagaimana mengelola SPP pada sekolah swasta agar tetap lestari
Saatnya Wujudkan keberpihakan sekolah swasta merupakan pokok persoalan menyeselesaikan carut marut pembiayaan ini.
Momentum Pendemi ini menjadi ujian pengelola negeri agar edukasi terus lestari.
Ketika sekolah swasta dihantam permaslahan SPP selayaknya penyelenggara pendidikan melakukan tindakan konkrit bukannya pengalihan isu.
| OPINI: Dosen Swasta Masih Jadi Kelas Dua dalam Pendidikan Tinggi Indonesia? |
|
|---|
| Darurat KDRT dan Kekerasan Remaja, Cermin Retaknya Sistem Kehidupan Sekular |
|
|---|
| Kesaktian Pancasila: Menyatukan Bangsa Lawan Darurat Hipertensi dan Diabetes |
|
|---|
| Bahasa Inggris: Tiket Masuk Dunia Global bagi Generasi Muda Indonesia |
|
|---|
| Bus Trans Palu: Ketika Roda Tak Berputar, Uang Rakyat Jangan Terus Dialirkan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palu/foto/bank/originals/Mukhlis-Mustofa.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.